Thursday, March 24, 2016

ETNIS TOBA GAGAL MENJADI ISRAEL YANG HILANG


ETNIS TOBA GAGAL MENJADI ISRAEL YANG HILANG
Oleh: Edward Simanungkalit


 Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dalam tulisan berjudul “MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG!” bahwa TOBA Y-DNA Haplogroup terdiri dari: K-M526*= 13,51%, O-M95*= 13.51%, O-M201*= 56,76%, O-M110= 10,81%, O-P203= 2,7%, dan R-M124 = 2,7%. Khusus R-M124* disebutkan oleh pihak tertentu sebagai Y-DNA dari keturunan Israel yang hilang, sehingga mereka menyebut etnis Toba sebagai Israel yang hilang. Entah bagaimana jalannya, sehingga ada orang Toba yang mengaku-ngaku dirinya kepada orang Israel sebagai Bani Manasseh.


Sumber: www.forgottenmotherland.com


       Mengikuti Toba Y-DNA Haplogroup tadi, maka lebih jauh perlu juga melihat Phylogenetic Tree berdasarkan Karafet et al., 2014 sebagai berikut:
Sumber: https://motherlanders.wordpress.com

Pada Phylogenetic Tree di atas jelas bahwa K-M526*, yang muncul di Sundaland sekitar 50.000 tahun lalu,  merupakan turunan dari Haplogroup K. Adapun K-M526* ini merupakan salah satu Toba Y-DNA Haplogroups, yang memiliki subclade utama: K2a, K2b, K2c, dan K2d. Sedang K2a menurunkan NO dan kemudian NO menurunkan O-M175. Adapun O-M175 inilah yang menurunkan seluruhnya ras Mongoloid seperti: O-P201*, O-M95*, O-M110, dan O-P203, yang kesemuanya ada pada Toba Y-DNA Haplogroups. Selanjutnya, K2b2 menurunkan R2 (termasuk R-M124) dan R1 (R1a dan R1b), yang mana R1a dan R1b ini ada ditemukan pada Y-DNA dari Jews Ashkenazi.

























Sumber: https://motherlanders.wordpress.com

           Setelah memcermati Phylogenetic Tree berdasarkan Tatiana M. Karafet et al. (2014) tadi, maka jelas sekarang K-M526*, yang ada pada Y-DNA dari Toba, terlihat juga menurunkan O-P201*, O-M95*, O-M110, O-P203, dan termasuk R-M124. Kemudian R1a dan R1b (yang ditemukan pada Y-DNA dari Jews Ashkenazi) juga termasuk keturunan dari K-M526*. Perlu dicatat bahwa R-M124, lengkapnya R2-M124, berbeda dengan R1a dan R1b. Kalau R1a dan R1b adalah keturunan R-M526*, apakah tidak lebih baik menyebut Israel yang hilang tersebut merupakan keturunan dari etnis Toba? Perlu diketahui bahwa ketika bangsa Israel berada di pembuangan, maka mereka banyak bercampur dengan berbagai bangsa lain.  Termasuk ketika mereka sampai ke Asia Tengah yang menyebabkan bercampur dengan R1a dan R1b, sehingga terbawa dan ditemukan di dalam Y-DNA dari Jews Ashkenazi. Jadi, jelaslah bahwa etnis Toba gagal menjadi keturunan suku Israel yang hilang. (*)



(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban




Tuesday, March 8, 2016

KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA!


KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK
INI BUKTINYA!


Oleh: Edward Simanungkalit
_______________________




Sumber gambar:  www.forgottenmotherland.com

Sumber gambar:  www.forgottenmotherland.com


        Gambar Y-DNA Haplogroup dari Toba, Karo, dan Nias di atas akan menarik bila dihubungkan dengan  Mitologi Toba (biasa disebut mitologi Batak) yang mengatakan bahwa Si Raja Batak merupakan nenek-moyang dari Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing. Ditambah dengan Nias yang disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi maupun Raja Jau, sedang Gayo disebut-sebut sebagai keturunan Raja Aceh menurut tarombo Si Raja Batak tersebut.  Terlihat sekilas lintas saja bahwa ketiganya berbeda apalagi Nias semakin jauh lagi perbedaannya dengan Toba. Y-DNA Haplogroup Toba terdiri dari: K-M526* 13,51%, O-P201* 56,76%, O-P203 2,7%, O-M110 10,81%, O-M95* 13,51%, dan R-M124 2,7%. Sementara Y-DNA Haplogroup Karo tediri dari: C-RPS4Y 19,05%, O-M95* 19,05%, O-M119 42,85%, dan R-M173 19,05%, serta Nias terdiri dari: O-M110 13,33% dan O-P203 86,67%. Lebih jauh penulis telah membahas masalah Y-DNA Haplogroup dari Toba dalam tulisan sebelumnya berjudul: “MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG” (2016).
Saat ini baru ketiga gambar di atas yang dapat ditampilkan, karena baru ketiganya yang sudah dilakukan tes DNA, sedang hasil tes DNA Gayo sepertinya belum dipublis seluruhnya. Sementara Pakpak, Simalungun, Angkola-Mandailing belum dilakukan tes DNA sampai saat sekarang. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah dapat dilakukan tes DNA-nya, karena sampai sekarang Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah melakukan tes DNA sekitar 60%  atas seluruh etnis Indonesia. Ditambah lagi dengan bertambahnya staf-staf yang sudah berhasil dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga semakin banyak tenaga yang mereka miliki untuk melakukan tes DNA.  Bila sudah selesai nanti, maka DNA Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing akan jelas dan dengan mudah dapat melihat kebenaran sebuah mitologi dan tarombo.
Kesamaan antara Toba dengan Karo hanya pada Haplogroup O-M95* saja, sedang yang lainnya berbeda. Maka, kalau hendak dikatakan bahwa Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula tentulah dengan mudah menolaknya. Karena adanya perbedaan tadi dan perbedaannya lebih banyak daripada persamaannya. Oleh karena itu, secara genetik, maka Toba berbeda dengan Karo dan Karo bukan keturunan Toba dan Si Raja Batak. Toba dan Karo adalah dua etnis yang berbeda dan terbentuk masing-masing, bukan seperti yang diceritakan di dalam buku W.M. Hutagalung berjudul “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak”. Termasuk beberapa buku tarombo lainnya dan tarombo-tarombo yang dapat didownload di internet pada dasarnya juga sama prinsipnya dengan buku W.M. Hutagalung tadi. Tentang tarombo Si Raja Batak ini juga sudah ada beberapa dibuat lagunya yang dinyanyikan dalam video dan diupload di youtube. Kalau Orang Karo mengatakan bukan Batak atau bukan keturunan Si Raja Batak, maka pernyataan itu sangat beralasan yang didasari pikiran sehat dan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmu pengetahuan modern.
Adapun mengenai Y-DNA Haplogroup Nias, walaupun kedua Haplogroup O-M110 dan O-P203 ada di dalam Y-DNA Haplogroup Toba, tetapi sebagian besar berbeda, maka pastilah Nias bukan berasal dari Toba atau bukan keturunan Toba atau Si Raja Batak seperti banyak disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi atau Raja Jau. Masyarakat Nias berasal dari rumpun bangsa Austronesia dan nenek moyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, memaparkan hasil temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam penelitian yang telah berlangsung sekitar 10 tahun ini, Oven dan anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias (Wikipedia). DNA Nias tersebut nyaris 100 persen sama dengan DNA dari Taiwan, karena Nias nyaris tidak bercampur. DNA Nias ini sudah diperbandingkan dengan DNA Karo dan “Batak” (baca: Toba). ”Untuk membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan Batak serta menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua etnis yang bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki dua marka genetik Nias.” (Tempo, 17/04-2013). Jelas, bahwa DNA Nias berbeda dengan DNA Toba maupun Karo. Maka, Nias bukan berasal dari Toba seperti menurut tarombo itu.
Akan halnya dengan Gayo, temuan fosil manusia di Loyang Mandale, Aceh Tengah yang berusia 7.400 tahun (temuan terbaru 8.430 tahun), maka telah dilakukan tes DNA terhadap fosil yang ditemukan tersebut dan sampel darah 300 lebih siswa/i di Takengon. Dr. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute menyampaikan bahwa orang Aceh Gayo adalah keturunan fosil tersebut yang merupakan ras Australomelanesoid, pendukung budaya Hoabinh. Secara genetik, Gayo ini berkerabat sangat dekat dengan Karo (Kaber Gayo, 10/12-2011; Lintas Gayo, 08/03-2012). Dulu etnis Gayo pernah diundang juga menghadiri acara Kesatuan Bangso Batak se-Dunia (The Globe Journal, 14/10-2010),  tetapi Gayo ini telah dilakukan penelitian arkeologi dan tes DNA, sehingga mereka tidak dapat dibatakkan atau dijadikan Batak lagi sekarang ini, karena dipastikan bukan keturunan Si Raja Batak.  
Di dalam mitologi Toba dan tarombo Si Raja Batak, yang disebut “Batak” sebagaimana ditulis oleh W.M. Hutagalung dan berbagai buku tarombo lain maupun tarombo yang dapat didownload dari internet, bahwa semua marga Karo adalah keturunan dari marga-marga Toba atau keturunan Si Raja Batak. Nias juga disebut  keturunan dari Raja Asi-asi maupun Raja Jau dan Gayo disebut keturunan Raja Aceh, yang pada akhirnya disebut sebagai keturunan Si Raja Batak. Tapi, ternyata telah terbukti, bahwa Karo, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak seperti yang disebutkan tarombo tersebut. Sementara Pakpak, Simalungun, dan Mandailing belum dilakukan tes DNA, tetapi sudah 50% tarombo Si Raja Batak tersebut terbukti tidak sesuai dengan fakta. Selanjutnya, bila mengamati sisi budaya dan ciri-ciri fisik orang Pakpak, Simalungun, dan Mandailing, maka terlihat mereka juga bukan keturunan Si Raja Batak. Apalagi penulis telah memaparkan bukti-bukti arkeologis melalui tulisan berjudul “BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?”, yang menyimpulkan bahwa Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas sekarang, bahwa tarombo tersebut patut diuji-ulang melalui tes DNA yang  tentunya jauh lebih valid dan terpercaya. Dengan USD $ 99 per-orang merupakan tarif tes DNA di www.23andme.com, sebuah lembaga terpercaya di Amerika Serikat, maka asal leluhur akan tersingkap dengan jelas. Lebih jelas dan lebih valid hasilnya. (*)    Tebing di Sianjur Mulamula (sumber: solutourandtravel.blogspot.co.id)


                                                               (*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban 






MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG!

MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG!
Oleh: Edward Simanungkalit *

        Tahun 2015 lalu, penulis sudah pernah menulis tanggapan mengenai upaya “meyakinkan” bahwa Etnis Toba adalah keturunan dari suku Israel yang hilang dengan judul: “Sungguh, Orang Toba Bukan Israel Yang Hilang” (2015). Belakangan ini ada lagi upaya untuk meyakinkan dengan mengutip-ngutip kata  Ibrani, karena mungkin mereka menganggap di sorga itu berbahasa Ibrani, dan menyebut DNA Etnis Toba termasuk dalam Haplogroup R1 dan seterusnya. Ada kelompok yang bernyanyi lagu berbahasa Ibrani di Pusuk Buhit dengan berpakaian ala Jahudi yang diposting di youtube. Ada rasa malu melihat ada Orang Toba yang mengaku-ngaku sebagai “Bani Manasseh” kepada bangsa Israel di website mereka: www.israelnationalnews.com. Hebatnya, Orang Toba tersebut dicuekin! Itu makanya, penulis merasa perlu kembali menulis sehubungan dengan upaya kelompok tertentu untuk mengembangkan issu tersebut demi kepentingan tertentu.

The HUGO Pan-Asian SNP Consortium (2009)
       Kali ini dimulai dari hasil penelitian DNA yang dipetakan dalam  Mapping Human Genetic Diversity in Asia, The HUGO Pan-Asian SNP Consortium (2009) berikut: 

The HUGO Pan-Asian Consortium, 2009 (Sumber: www.lahistoriaconmapas.com)
HUGO adalah singkatan dari Human Genome Organization dan merupakan organisasi genom sedunia. DNA Toba terlihat jelas didominasi oleh unsur Austronesia pada urutan pertama dan unsur Austroasiatik pada urutan kedua. Kedua unsur ini saja sudah mencapai sekitar 80%, kemudian selebihnya disusul oleh Dravidian, Indo-European, Papuan, Sino-Tibetan, dan Hmong-Mien. Penutur Austronesia, Austroasiatik, Sino-Tibetan, dan Hmong-Mien merupakan ras Mongoloid semuanya.

Tatiana M. Karafet dan kawan-kawan (2010)
          Disebutkan, bahwa menurut Tatiana M. Karafet (Karafet et al. 2010), dari Universitas Arizona – Amerika Serikat, ditampilkan seperti berikut:

It looks like 5/38 = 13.2% K2*-M526 in their "Sumatra" sample and 1/177 = 0.6% K2*-M526 in their "Sulawesi" sample.

The "Sumatra" sample of the present study has the same sample size (n=38) as the sample of Batak Toba from Sumatra that previously has been analyzed by Karafet et al. (2010). In their 2010 paper, they have indicated that this sample contains the following haplogroups:

5/38 = 13.2% K2*-M526

21/38 O3a2-P201 (xO3a2b-M7, O3a2c1-M134)
4/38 O1a*-M119 (xO1a1-P203, O1a2-M110)
1/38 O1a1-P203
6/38 O2a1*-M95 (xO2a1a-M111)
32/38 = 84.2% O-M175 total

1/38 = 2.6% R2a-M124

These figures are entirely consistent with the figures of the present study: 5/38 = 13.16% K-M526*, 32/38 = 84.2% NO-M124, 1/38 = 2.6% R-M207.

Therefore, I conclude that the present study's "Sumatra" sample, in which 5/6 of the K2*-M526 Y-chromosomes have been found, is specifically a sample of Batak Toba, an ethnic group that lives in (who's afraid of living on an island caused by volcanic uplift?) and around Lake Toba in northern Sumatra. Judging from the presence of Y-DNA haplogroup R2a-M124, this population probably has experienced some South Asian influence.
(http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion-Thread/page49)

Kemudian  lebih lengkap lagi  mengenai Y-DNA Toba ini digambarkan seperti di bawah ini:


Sumber: www.forgottenmotherland.com

Pada gambar tampak bahwa O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110 yang kesemuanya sebesar 83,79%. Oleh karena jumlahnya dominan, maka dapat disimpulkan bahwa DNA Orang Toba termasuk Haplogroup O yang pada dasarnya adalah ras Mongoloid. O-P203  adalah  Austronesia, sedang O-M95 adalah Austroasiatik, dan O-M110 adalah Tai Kadai. Khusus O-P201* sering diasosiasikan dengan populasi Sino-Tibetan, Hmong-Mien, atau Han Chinese. Adapun K-M526*: 13,52% ini merupakan DNA Negrito.  R-M124: 2,7% berasal dari India Selatan.

Tatiana M. Karafet (et al. 2010) dalam papernya: Taiwan Y-chromosomal DNA variation and its relationship with Island Southeast Asia” menyampaikan: “Judging from the presence of Y-DNA haplogroup R2a-M124, this population probably has experienced some South Asian influence.” Pengaruh Asia Selatan atau India ini patut dicacat, sehingga tidak begitu saja mengklaim bahwa Batak Toba (baca: Toba) yang DNAnya memiliki R-M124  sebesar 2,7% adalah Israel yang hilang. Ini disebabkan adanya anggapan bahwa R-M124 adalah DNA Israel.


Mark Lipson dan kawan-kawan (2014)
Senada dengan penelitian Tatiana M. Karafet (et al. 2010) tadi, maka Mark Lipson et al.  (2014), dari MIT – Massachusetts Institute of TechnologyAmerika Serikat, dalam jurnalnya: "New  statistical  genetic methods for elucidating the history and evolution of human populations”, melakukan analisa terhadap DNA Toba dan lain-lain untuk menelusuri asal-usulnya sebagai berikut:

 

Lipson et al.  (2014): http://www.nature.com/ncomms/2014/140819/ncomms5689/fig_tab/ncomms5689_F2.html

 

Mark Lipson et al. (2014), yang pengelompokannya berdasarkan rumpun bahasa, menjelaskan bahwa  garis besar komposisi Y-DNA Toba: Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito. Mereka bermigrasi dan memasuki pulau Sumatera dari pantai Timur. Penutur Austroasiatik yang sampai ke Sumatera adalah keturunan suku H’Tin dari Thailand kemudian bercampur dengan penutur Austronesia di Asia Daratan. Baru campurannya bermigrasi ke Asia Tenggara bagian Barat dan mereka berbahasa Austronesia (Lipson, 2014:85-86).

 

Lian Deng dan kawan-kawan (2015)

Lian Deng et al. (2015), dalam papernya: “Dissecting the genetic structure and admixture of four geographical Malay”, populationsmelakukan analisa DNA lagi dengan menggunakan teknologi yang lebih maju seperti Mark Lipson (2014) di atas. Adapun hasil penelitian mereka yang dilakukan tahun 2015 lalu dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:


 Deng et al. (2015): http://www.nature.com/articles/srep14375/figures/3

Berdasarkan hasil penelitian Lian Deng et al. (2015) di atas tampak lebih jelas gambaran DNA Toba dengan kode ID-TB yang terdiri dari: Oceanian, East Asian, Southeast Asian 1, Southeast Asian 2, Negrito, South Asian, Central Asian, European, dan African. Di sini Lian Deng et al. (2015) terlihat membagi DNA tersebut berdasarkan wilayah geografis. Dari gambar tersebut terlihat bahwa DNA Toba dominan dari Asia terutama ras Mongoloid.

Menyingkap DNA Toba Lebih Jauh
            Y-DNA Toba dapat dibagi ke dalam 3 macam ras sesuai dengan periode migrasi yang terjadi ke Negeri Toba/Toba Na Sae, yaitu: (1) K-M526*; (2) O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110; (3) R-M124.

(1)        K-M526*

          Tatiana M. Karafet et al. (2010) menjelaskan sebelumnya bahwa K-M526* ditemukan di Sumatera dan Sulawesi . K-M526* ditemukan pada Etnis Toba dan Suku Mandar. Karena ada ditemukan pada etnis Toba, sehingga perlu juga hal ini dibicarakan secara khusus. Phylogeny tree yang disusun berdasarkan penelitian Tatiana M. Karafet et al. (2014), dalam papernya: Improved phylogenetic resolution and rapid diversification of Y-chromosome haplogroup K-M526 in Southeast Asia”, membantu memberikan penjelasan tentang K-M526* yang  berawal dari K2.

Phylogenetic tree berdasarkan Karafet et al., 2014:
Sumber: https://motherlanders.wordpress.com

Karafet et al. (2014) menjelaskan bahwa struktur filogenetik dari haplogroup K-M526* sekarang dibagi dalam 4 subclade utama (K2a-d). Adapun yang terbesar ialah K2b, yang dibagi menjadi dua kelompok: K2b1 dan K2b2. K2b1 menggabungkan haplogroup sebelumnya yang dikenal sebagai haplogroup M, S, K-P60 dan K-P79, sedang K2b2 terdiri dari haplogroup P dan sub-haplogroup yang Q dan R, yang  mayoritas membentuk garis keturunan ayah/pria (paternal) di Eropa, Eurasia dan Amerika, dan merupakan satu-satunya subclade K2b yang berada di luar geografi Asia Tenggara (Sundaland) dan Oseania. Itu sebabnya, disimpulkan bahwa haplogroup P, yang merupakan leluhur bangsa Eropa, bermigrasi dari Sundaland sebagaimana pernah dikemukakan sebelumnya oleh Stephen Oppenheimer. Sementara itu K2-M526* ditemukan pada populasi Sumatra & Sulawesi, dan jika perpisahan ini terjadi 50.000 tahun yang lalu, maka lokasi paling ideal adalah di antara keduanya, yaitu Sundaland. Berdasarkan mtDNA populasi Etnis Toba dengan macrohaplogroup M yang sebanding dengan frekuensi K-M526, maka diperkirakan K-M526 berasal dari populasi Sundaland. 

Sumber: www.geneticdisorders.info

(2)        O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110
         O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110, kesemuanya merupakan ras Mongoloid. O-P203 adalah Austronesia. O-M95* adalah Austroasiatik dan O-M110 adalah Tai-Kadai. Khusus O-P201* berasal dari Yunnan dan di Toba berbahasa Austronesia. Melalui Phylogeny tree berdasarkan Karafet et al. (2014) di atas tadi dapat terlihat O-P203, O-M95*, dan O-M110 yang berasal dari turunan K2a. K2a menurunkan NO dan NO menurunkan O-M175. Kemudian O-M175 adalah yang menurunkan Austronesia, Austroasiatik, Tai-Kadai, Sino Tibetan, dan Hmong-Mien, yang kesemuanya adalah ras Mongoloid, sehingga ras Mongoloid ini berasal dari Sundaland juga. O-M95* masuknya ke Indonesia bagian barat lebih awal berupa gelombang pra-Austronesia dari Asia Tenggara (Karafet et al. 2010 merujuk kepada Kumar et al. 2007)Hasil perhitungan jarak genetik menggunakan STR yang berasosiasi dengan P-201 menunjukan bahwa hubungann genetik yang sangat dekat antara aborigin Taiwan dan Filipina; Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Oceania dibandingkan dengan Asia Tenggara. Hasil ini memberikan indikasi haplogroup ini diasosiasikan dengan Ekspansi Austronesia bersama dengan Haplogroup O-M110 dan O-P203 yang menyebar dari arah utara menuju ke barat dan timur Garis Wallacea.” (Karafet et al, 2010, dalam papernya: “Major East–West Division Underlies Y Chromosome Stratification across Indonesia”).

     (3) R-M124
Sesuai dengan Phylogenetic tree berdasarkan Karafet et al., 2014 di atas tadi tampak juga R2a-M124 atau R-M124 yang merupakan turunan dari K2b2 hingga sampai kepada R-M124. R-M124 ini ditemukan di India, Srilanka, dan suku terasing di Pakistan Utara.

Etnis Toba di Negeri Toba/Toba Na Sae dengan DNA-nya
            Pada awalnya, sebagai populasi yang jauh lebih tua dari Sundaland, maka Negeri Toba/Toba Na Sae sudah lebih dulu berdiam K-M526*. Seperti dikemukakan di atas bahwa Y-DNA Toba sebagian besar terdiri dari: O-P201*, O-P203O-M95*, dan O-M110 sebesar 83,79% yang merupakan ras Mongoloid. Dari pantai Timur, mereka sebagian masuk ke Negeri Toba/Toba Na Sae (Tapanuli Utara Lama) dan bertemu dengan K-M526* di sana, sehingga terjadilah percampuran. Menurut hasil penelitian Trejaut et al. (2014), mereka ada yang datang dari Taiwan dan ada juga dari Asia Daratan, sehingga mereka datang secara bergelombang dari  waktu berbeda-beda. Mereka ini kemudian menggunakan bahasa Toba, yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Belakangan datang lagi R-M124 dan terjadilah percampuran, sehingga seperti yang dikemukakan oleh Tatiana M. Karafet et al. (2010), maka keseluruhannya Y-DNA Haplogroups Etnis Toba terdiri dari: K-M526*, O-P201, O-P203, O-M95*, O-M110, dan R-M124.

Benarkah Etnis Toba itu Israel yang Hilang?
          Tatiana M. Karafet et al. (2010) mengemukakan di atas bahwa pupolasi Toba sudah mengalami pengaruh dari India Selatan. Sejarah memang mencatat bahwa penutur Dravida dari India Selatan sudah masuk ke Sumatera Utara sejak abad ke-3. Prasasti Lobu Tua, Barus dari abad ke-11 menceritakan tentang keberadaan 500 perusahaan dagang Tamil dari India Selatan yang beroperasi di kawasan Barus. Sementara hubungan masyarakat Toba dengan Barus sudah sejak lama, sehingga pengaruh Hindu juga sudah terjadi berabad-abad sebelumnya. Turiturian dan sejarah di Toba memang tidak pernah mengungkapkan kedatangan penutur Dravida ini, tetapi jejaknya ada ditemukan seperti dalam mitologi penciptaan yang mirip dengan Hindu Sivaisme (Harry Parkin, 1978). Pengaruh India terhadap masyarakat Toba dikemukakan oleh Robin Hanbury dan Tenison (1975:28) sebagai berikut: “Sejak awal abad ke-16, Batak Toba telah mengalami kemajuan dalam bidang pertanian. Terutama atas keberhasilan mereka mengadopsi teknik pertanian yang diperkenalkan oleh orang-orang India, yakni pengolahan sawah dengan menggunakan sistim irigasi. Sehingga pada masa itu masyarakat Batak Toba secara relatif pernah mengalami kehidupan yang makmur.” Dapat dibayangkan bahwa  Orang Toba telah  mengalami percampuran dengan penutur Dravida dari India Selatan, sehingga membawa haplogroup R-M124 ke dalam Y-DNA Toba.
       R-M124 ini, atau lengkapnya R2a-M124, dijelaskan sebagai berikut: “Menurut Project Genographic yang dilakukan oleh National Geographic Society, sebuah organisasi yang didanai oleh keluarga Rothschild, Haplogroup R-M124 muncul sekitar 25.000 tahun yang lalu di Asia Tengah dan anggotanya bermigrasi ke selatan sebagai bagian dari gelombang besar kedua migrasi manusia ke India.” Sengupta et al. (2006) menemukan bahwa R2a-M124 tersebut pada penutur Dravidian dan India lainnya (http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m124). Sementara dalam Y-DNA of Ashkenazi Jews ada haplogroup R-M17 (R1a) dan R-P25 (R1b) dalam frekwensi kecil sbb.: “Because haplogroups R-M17 (R1a) and R-P25 (R1b) are present in non-Ashkenazi Jewish populations (e.g., at 4% and 10%, respectively) and in non-Jewish Near Eastern populations (e.g., at 7% and 11%, respectively; Hammer et al. 2000; Nebel et al. 2001), it is likely that they were also present at low frequency in the AJ (Ashkenazi Jewish) founding population. …” (https://en.wikipedia.org/wiki/Genetic_studies_of_Jewish_origins). Jelas, bahwa Y-DNA Ashkenazi Jews adalah R1a dan R1b. Dengan demikian, maka R1a dan R1b yang dimiliki oleh Jahudi Ashkenazi BERBEDA dengan R2a yang dimiliki oleh Etnis Toba dan penutur Dravidian dari India Selatan. Apalagi mengaku Bani Manasseh, oleh karena keduabelas suku Israel memiliki garis paternal dengan Y-DNA Haplogroup J1, sehingga terlalu jauh hubungannya R2a dan juga dengan Etnis Toba. Maaf, ternyata Etnis Toba memang bukan keturunan suku Israel yang hilang!



(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban