KARO
DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK
INI
BUKTINYA!
Oleh: Edward Simanungkalit
Gambar
Y-DNA Haplogroup dari Toba, Karo, dan Nias di atas akan menarik bila dihubungkan
dengan Mitologi Toba (biasa disebut mitologi Batak) yang mengatakan bahwa
Si Raja Batak merupakan nenek-moyang dari Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, dan
Mandailing. Ditambah dengan Nias yang disebut-sebut sebagai keturunan Raja
Asi-asi maupun Raja Jau, sedang Gayo disebut-sebut sebagai keturunan Raja Aceh
menurut tarombo Si Raja Batak tersebut.
Terlihat sekilas lintas saja bahwa ketiganya berbeda apalagi Nias
semakin jauh lagi perbedaannya dengan Toba. Y-DNA Haplogroup Toba terdiri dari:
K-M526* 13,51%, O-P201* 56,76%, O-P203 2,7%, O-M110 10,81%, O-M95* 13,51%, dan
R-M124 2,7%. Sementara Y-DNA Haplogroup Karo tediri dari: C-RPS4Y 19,05%,
O-M95* 19,05%, O-M119 42,85%, dan R-M173 19,05%, serta Nias terdiri dari:
O-M110 13,33% dan O-P203 86,67%. Lebih jauh penulis telah membahas masalah
Y-DNA Haplogroup dari Toba dalam tulisan sebelumnya berjudul: “MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG” (2016).
(*) Pemerhati Sejarah Alternatif
Peradaban
Saat ini baru ketiga gambar di atas yang dapat
ditampilkan, karena baru ketiganya yang sudah dilakukan tes DNA, sedang hasil
tes DNA Gayo sepertinya belum dipublis seluruhnya. Sementara Pakpak,
Simalungun, Angkola-Mandailing belum dilakukan tes DNA sampai saat sekarang. Mudah-mudahan
dalam waktu dekat ini sudah dapat dilakukan tes DNA-nya, karena sampai sekarang
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah melakukan tes DNA sekitar 60% atas seluruh etnis Indonesia. Ditambah lagi
dengan bertambahnya staf-staf yang sudah berhasil dalam jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, sehingga semakin banyak tenaga yang mereka miliki untuk melakukan
tes DNA. Bila sudah selesai nanti, maka
DNA Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing akan jelas dan dengan mudah
dapat melihat kebenaran sebuah mitologi dan tarombo.
Kesamaan antara Toba dengan Karo hanya pada Haplogroup O-M95* saja, sedang yang lainnya
berbeda. Maka, kalau hendak dikatakan bahwa Karo adalah keturunan Si Raja Batak
dari Sianjur Mula-mula tentulah dengan mudah menolaknya. Karena adanya
perbedaan tadi dan perbedaannya lebih banyak daripada persamaannya. Oleh karena
itu, secara genetik, maka Toba berbeda dengan Karo dan Karo bukan keturunan
Toba dan Si Raja Batak. Toba dan Karo adalah dua etnis yang berbeda dan
terbentuk masing-masing, bukan seperti yang diceritakan di dalam buku W.M.
Hutagalung berjudul “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak”.
Termasuk beberapa buku tarombo lainnya dan tarombo-tarombo yang dapat
didownload di internet pada dasarnya juga sama prinsipnya dengan buku W.M.
Hutagalung tadi. Tentang tarombo Si Raja Batak ini juga sudah ada beberapa
dibuat lagunya yang dinyanyikan dalam video dan diupload di youtube. Kalau
Orang Karo mengatakan bukan Batak atau bukan keturunan Si Raja Batak, maka
pernyataan itu sangat beralasan yang didasari pikiran sehat dan rasional yang
dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmu pengetahuan modern.
Adapun
mengenai Y-DNA Haplogroup Nias, walaupun kedua Haplogroup O-M110 dan O-P203 ada
di dalam Y-DNA Haplogroup Toba, tetapi sebagian besar berbeda, maka pastilah
Nias bukan berasal dari Toba atau bukan keturunan Toba atau Si Raja Batak seperti
banyak disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi atau Raja Jau. Masyarakat
Nias berasal dari rumpun bangsa Austronesia dan nenek moyang orang Nias
diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu.
Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular
Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, memaparkan hasil
temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Dalam penelitian yang telah berlangsung sekitar 10 tahun ini, Oven dan
anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias
(Wikipedia). DNA Nias tersebut nyaris 100 persen sama dengan DNA dari Taiwan,
karena Nias nyaris tidak bercampur. DNA Nias ini
sudah diperbandingkan dengan DNA Karo dan “Batak” (baca: Toba). ”Untuk
membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan Batak serta
menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua etnis yang
bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki dua marka genetik
Nias.” (Tempo, 17/04-2013). Jelas, bahwa DNA Nias berbeda dengan DNA Toba
maupun Karo. Maka, Nias bukan berasal dari Toba seperti menurut tarombo itu.
Akan halnya dengan Gayo, temuan fosil manusia di Loyang Mandale,
Aceh Tengah yang berusia 7.400 tahun (temuan terbaru 8.430 tahun), maka telah
dilakukan tes DNA terhadap fosil yang ditemukan tersebut dan sampel darah 300
lebih siswa/i di Takengon. Dr. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute
menyampaikan bahwa orang Aceh Gayo adalah keturunan fosil tersebut yang
merupakan ras Australomelanesoid, pendukung budaya Hoabinh. Secara genetik,
Gayo ini berkerabat sangat dekat dengan Karo (Kaber Gayo, 10/12-2011; Lintas
Gayo, 08/03-2012). Dulu etnis Gayo pernah diundang
juga menghadiri acara Kesatuan Bangso Batak se-Dunia (The Globe Journal,
14/10-2010), tetapi Gayo ini telah
dilakukan penelitian arkeologi dan tes DNA, sehingga mereka tidak dapat
dibatakkan atau dijadikan Batak lagi sekarang ini, karena dipastikan bukan
keturunan Si Raja Batak.
Di dalam mitologi Toba dan tarombo Si Raja Batak, yang
disebut “Batak” sebagaimana ditulis oleh W.M. Hutagalung dan berbagai buku
tarombo lain maupun tarombo yang dapat didownload dari internet, bahwa semua
marga Karo adalah keturunan dari marga-marga Toba atau keturunan Si Raja Batak.
Nias juga disebut keturunan dari Raja
Asi-asi maupun Raja Jau dan Gayo disebut keturunan Raja Aceh, yang pada
akhirnya disebut sebagai keturunan Si Raja Batak. Tapi, ternyata telah
terbukti, bahwa Karo, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak seperti
yang disebutkan tarombo tersebut. Sementara Pakpak, Simalungun, dan Mandailing
belum dilakukan tes DNA, tetapi sudah 50% tarombo Si Raja Batak tersebut terbukti
tidak sesuai dengan fakta. Selanjutnya, bila mengamati sisi budaya dan ciri-ciri
fisik orang Pakpak, Simalungun, dan Mandailing, maka terlihat mereka juga bukan
keturunan Si Raja Batak. Apalagi penulis telah memaparkan bukti-bukti
arkeologis melalui tulisan berjudul “BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?”, yang menyimpulkan bahwa Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas sekarang,
bahwa tarombo tersebut patut diuji-ulang melalui tes DNA yang tentunya jauh lebih valid dan terpercaya.
Dengan USD $ 99 per-orang merupakan tarif tes DNA di www.23andme.com, sebuah lembaga
terpercaya di Amerika Serikat, maka asal leluhur akan tersingkap dengan jelas.
Lebih jelas dan lebih valid hasilnya. (*) Tebing di Sianjur Mulamula (sumber: solutourandtravel.blogspot.co.id)
No comments:
Post a Comment