Tuesday, March 10, 2015

Jaman dan Perioda Nabi Adam as ?

Jaman dan Perioda Nabi Adam as ?


B A B   I

                                                                                    

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM……...
Jaman dan Perioda Nabi Adam as ?
 
Zaman Pra Nabi Adam
Peristiwa Letusan Supervulcanik Gunung Toba
Zaman Pleistosen Akhir yang Misterius
Benua Atlantis
Banjir Semesta Nabi Nuh
Letusan Krakatau Tahun 1883.
Legenda dan Mitos Bangsa Bangsa
Kronologi Kejadian Banjir Bah Nabi Nuh
Korelasi masa Nabi Adam dan masa Nabi Nuh



I

Zaman Pra Nabi Adam
Ilmu Pengetahun menyatakan bahwa Bumi berusia 4,5 milyar tahun, terbentuk berdasarkan berbagai teori. Kalangan ahli Geologi menentukan usia bumi dalam rentang waktu yang disebut Waktu Geologi, dari mulai 4,5 milyar hingga Zaman Alluvium 10.000 tahun lalu. Kalangan Arkeologi, Paleo Arkeologi, Antropologi kemudian meletakkan Zaman Quarter, berlangsung dari 60 juta tahun lalu hingga 3.5 juta tahun lalu, sebagai jaman awal manusia mulai dikenal. Persisnya manusia purba mulai dikenal 3,5 juta tahun lalu berdasar berbagai temuan di berbagai tempat antara lain Sangiran Solo, Patiayam Kudus, Pacitan Indonesia, Afrika dan Eropah.

Kondisi alam awalnya, terutama suhu udara, sangat panas, tidak memungkinkan spesies spesies besar mampu hidup berkembang, sampai periode demi periode mengalami perubahan yang memungkinkan spesies besar tumbuh.Benua dilukiskan masih menjadi satu atau super benua yang disebut Benua Pangea.Bentuk daratan masih seperti itu hingga 750 juta tahun lalu, sebelum kemudian memisah menjadi dua, Gondwana dan Eurasia.Dalam ratusan ribu tahun bumi mengalami pertumbuhan evolusi tanpa henti.

Bentang jaman demikian lebar itu lebih banyak berkaitan dengan bidang geologi dari pada yang lain. Keadaan dunia pada jaman ini tidak banyak bisa dikatakan, kecuali dunia yang dilukiskan dipenuhi kegelapan dan ketidak pastian.Memiliki karakteristik berbeda dengan jaman umat manusia. Para ahli umumnya mengelompokkan jaman gelap ini sebagai dominasi jaman manusia purba dengan menekankan perhatiannya pada jaman Pleistosen atau Zaman Es awal ketika peristiwa letusan supervulcanik Gunung Toba terjadi pada 74.000 tahun lalu.

Satu hal yang menarik pada periode panjang dan gelap itu adalah beberapa temuan manusia beradab pertama kali yang sering disebut Neanderthal di seputar Afrika Utara, disusul Denisovan, Cro Magnon, dan Homo Erectus di Jawa. Berkolaborasi dengan Bradshaw Foundation, Stephen Oppenheimer membuat laporan secara rinci perjalanan sejarah manusia dimulai dari Afrika Timur berdasarkan mtDNA dan Ychromosome sejak 160.000 tahun lalu.Dia ingin mengatakan berdasar teori genetic itu sejarah manusia dimulai dari Afrika Timur menyebar ke berbagai belahan benua secara berkala hingga Amerika Selatan bagian selatan atau Chili.Penelitiannya itu berakhir pada periodisasi 10.000-8.000 tahun lalu sebagai masa keruntuhan terakhir Zaman Es suatu masa mulai dikenal pertanian. Pada waktu itu Sahara merupakan padang rumput, dan di Inggris dan Skandinavia dimulai rekolonisasi.

Stanley Ambrose melalui artikelnya pun menyoroti perjalanan sejarah manusia berdasar mutasi DNA, dengan berpendapat bahwa penyebaran sekitar 100.000 tahun yang lalu dibarengi adanya kemacetan populasi.Menurutnya kemacetan ini bisa berlangsung 1.000 tahun pada periode terdingin Zaman Es pasca letusan Gunung Toba.

Kebanyakan para ahli berpendapat pada periode ini, kondisi manusia dalam tahap pertumbuhan.Ambrose yang paling tegas mengajukan hipotesa adanya kemacetan populasi genetika.Artinya, terjadi pada Zaman Es genetika spesies manusia mengalami perubahan secara drastis. Kesimpulan Ambrose selaras dengan penelitian Oppenheimer, penyebab semua itu tidak lain adanya hiper musim dingin yang vulkanistis dalam waktu 6 tahun terus menerus usai letusan supervulcano Gunung Toba.

Perihal manusia purba yang belum bisa dideskripsikan lebih jauh, perlu bahan referensi yang diharapkan bisa membantu.Yang pertama epik sejarah Roma yang diawali dengan manusia monster Cacus pada 740 SM, manusia yang mempunyai sifat buas dan gemar memakan daging manusia.Begitu pula si kembar Remus dan Romulus yang dibesarkan dan disusui serigala.Jenis jenis manusia itu memiliki kelainan dengan penduduk sekitar yang sudah beradab.

Yang paling menyolok adalah khasanah Yunani, sangat sulit logika awam memahami berbagai mitos Yunani, dari mana dan bagaimana asal usulnya bangsa Yunani bisa tiba pada gambaran memiliki mitos yang demikian aneh itu. Mitologi Yunani, perang Titan dengan para dewa yang dipimpin Zeus, menunjukkan dunia te-ngah dipenuhi dengan angkara murka manusia raksasa membuat berbagai kerusakan terhadap kehidupan. 

Mitologi Yunani menggambarkan adanya 3 jenis makhluk, salah satunya adalah Gigant (raksasa) selain Dewa dan Manusia.Begitu banyak Gigant direkam dengan baik dan dikelompok kelompokkan secara tertib, terkesan bangsa Yunani sebagai pengarang fiksi ulung dan angan pikirannya dipenuhi mitos.Gigant adalah kumpulan para raksasa anak Gaia yang diperintahkan untuk melawan Dewa Olympus. Selain Gigant terdapat antara lain: Minotaur, banteng setengah manusia, Siren, wanita setengah burung, Silenos, manusia setengah kuda, Drakon, makhluk raksasa berbadan ular, dan masih banyak lagi makhluk makhluk raksasa serta monster monster itu. 

Kesan itu jelas anggapan serampangan. Sebab bila dunia mitos Yunani itu sulit diterima akal, terdapat satu hal yang belum diketahui, atas dasar alasan apa Yunani menghamparkan setumpuk dunia mitos sebanyak itu. Yunani yang melahirkan banyak filusuf dan pelopor ilmu pengetahuan, tidak mungkin seorang pembual.Bisa saja dibalik mitos terdapat bukan mitos, sesuatu yang belum menemukan benang merahnya.

Kisah Yunani klasik ini diperkirakan menggambarkan keadaan jaman minimal sebelum 1100 SM sebagai Zaman Kegelapan Yunani.Dunia dewa dan dunia raksasa Yunani ini cukup men-cerminkan jaman kala itu; buas, ganas, brutal, kasar, berbagai bentuk makhluk mengerikan.Perhatikanlah setumpuk nama kelompok makhluk raksasa dan monster Yunani : Argus Panoptes, Arion, Athos, Banteng Kreta, Babi Kalidonia, Burung Stimfalia, Delfi, Delfin, Driad, Ekhidna, Elang Kaukasia, Empusa, Enkelados, Erinya, Gerion, Gorgon, Hantu, Harpy, Hekatonkhire, Hidra, Hippokampos, Kampe, Kentaur, Kerberos, Medusa, Nimfa, Orthros, Pithon, Pegasus, Putri Duyung, Ofiotaur, Phoenix, Polifemus, Nimfa, Ladon, Triton, Talos, Skilla, Spartoi, Stheno dan masih banyak lagi.

Dunia mitos Yunani ini segera mendapatkan rujukan dari kisah Nabi Sulaiman yang sering digambarkan mempunyai bangsa bala tentara manusia dan bangsa jin. Dalam dunia pewayangan Jawa, jaman diisi para raksasa ketika satria belum lahir ke dunia.Para ksatria bertugas membasmi angkara murka yang ditimbulkan para raksasa.Sebagian besar episode Ramayana maupun Mahabarata didominasi peperangan antara raksasa dengan ksatria.

Tidak berbeda yang disinggung dalam bab pengantar sebelumnya, sumber dogmatikikut menegaskan dunia pewayangan maupun mitos Yunani. Malaikat Ajazil beribadah 5.000 tahun ketika bumi dipenuhi spesies yang disebut Banu Jan. Banu Jan diluksikan mendiami bumi dalam periode ribuan tahun, dan mengisi kehidupan penuh peperangan dan kerusakan. Apabila Tuhan kemudian memerintahkan Ajazil Sang Iblis untuk memusnahkan bangsa bangsa raksasa itu, dapat dibayangkan kondisi yang terjadi tiba pada kehancuran yang klimaks.

Meskipun kisah kisah diatas lebih sebagai mitos dan belum ditemukan bukti ilmiah, memberikan benang merah pada zaman yang gelap itu memang penuh dengan kekacauan dan kerusakan.Sisi dogmatik tentu mengatakan kehidupan demikian itu bukan kehidupan yang hendak diletakkan.Dan bahkan justru bisa menjadi alasan mengapa hadir seorang Nabi. Ω
∞∞

Meskipun kehadiran seorang Nabi banyak berkaitan dengan kehancuran dan kebobrokan masyarakatnya, kehadiran Nabi Adam banyak kemungkinan tidak berlangsung pada jaman buas seperti itu.Jaman mankind itu sepenuhnya gelap dan berisi jenis makhluk yang jauh manusia mampu berkembang mencapai tingkat pribadi sebagai human being.Paling tidak terjadi pada jaman 400.000 tahun lalu ketika mulai dikenal manusia beradab hingga ke belakang jauh, jutaan tahun lalu.

Lantas timbul pertanyaan, disisi jaman mana Nabi Adam mulai berada.Hingga kini belum ada penemuan atau bukti Nabi Adam sejenis spesies manusia purba. Berdasar berbagai penemuan manusia beradab tahap awal pada 32.000 tahun lalu seperti Neanderthal, Denisovan, Cro Magnon, Ardi Pithecantropus, belum bisa dikatakan sejenis dengan Nabi Adam. Apabila Neanderthal sebagai tonggak manusia beradab yang pertama, termasuk di antaranya adalah Homo Erectus dari Jawa, Nabi Adam sesuai gelar dan lukisan dogmatik lebih sebagai manusia spiritual pertama. Artinya berkemampuan lahir batin dan berakal budi memadai menurut ukuran modern.

Ilmu pengetahuan menerjemahkan manusia pertama lebih sebagai manusia berbudaya atas diri Nabi Adam.Terjemahan ini wajar bila beranjak dari latar belakang pengetahuan jaman masa silam yang dominan mankind manusia purba.Nabi Adam amat kurang tepat ditempatkan sebagai manusia beradab.Demikian pula Nabi Adam bukan sekedar manusia berbudaya pertama kali.Yang memadai sebagaimana seorang Nabi, Nabi Adam adalah manusia spiritual pertama.Bila Nabi Adam ditempatkan sebagai manusia berbudaya, seolah Tuhan memberikan gelar Nabi begitu sederhana, tidak berdasar kemampuan dan kapasitas seorang Nabi, manusia yang layak mengemban gelar Nabi.Sebab sebagai Nabi, manusia mesti memenuhi syarat tertentu dan yang pasti mencapai tingkat spiritual, yang memungkinkan berkemampuan menerima wahyu.

Sebagaimana yang dikisahkan, gambaran mengenai Adam sangat layak sebagai seorang Nabi.Nabi Adam memiliki data fisik sebagai manusia sebaik baiknya. Tinggi badan 27 meter lebih, berusia 930 tahun, memiliki kapasitas akal diatas manusia rata rata, berputra 40 orang, usianya selisih 130 tahun dengan Siti Hawa. Memiliki pengetahuan lahir batin, memiliki ilmu, dilukiskan memiliki humansense, intuisi, dan pandangan ke depan.Nabi Adam mempunyai kapasitas memori yang memungkinkan dirinya mampu diajarkan perihal nama nama. “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar !” (Q.s. 2-31)

Data data singkat itu menunjukkan Adam layak sebagai Bapak Manusia dan seorang Nabi.Data data itu juga hendak menunjukkan Nabi Adam memang bukan manusia purba. Istilah Nabi Adam diturunkan ke bumi yang sebagian diterjemahkan secara apa adanya, turun dengan cara diterjunkan dari langit, tidak berlebihan.Bisa jadi terjemahan itu untuk melukiskan betapa jauh berbeda antara dirinya dengan mankind manusia purba.Bisa juga untuk melukiskan sebuah revolusi kehidupan, punahnya jaman spesies buas yang sangat gelap berubah secara frontal ke jaman manusia beradab dan berbudaya. Tetapi mungkinkah pandangan itu ?

Apabila pandangan dogmatik itu tidak mungkin, teori evolusi menuntut adanya sebuah kondisi kehidupan dengan tingkat kebudayaan cukup tinggi untuk mengantarkan kehadiran manusia spiritual seperti Nabi Adam.Yang paling jelas, manusia spiritual pasti beranjak dari sebuah kehidupan yang beradab.Selanjutnya memiliki budaya dan yang paling rendah memiliki kebiasaan, adat kebiasaan.Memiliki pengetahuan lahir batin, memiliki tingkat emosi dan intelejensi terukur.Memiliki landasan moral serta memiliki intuisi cukup hingga manusia itu berkemampuan menerima wahyu. Ω
∞∞

Peristiwa letusan supervulcanik Gunung Toba
Letusan raksasa supervulcano Gunung Toba bisa dipastikan merupakan satu satunya peristiwa sangat dahsyat di era kepurbaan.Terjadi pada 74.000 tahun lalu, letusan itu mengakhiri seluruh kehidupan makhluk makhluk bumi kala itu.Steven Oppenheimer menyebutkan, menimbulkan super musim dingin yang vulkanistis selama 6 tahun dan 1.000 tahun jaman es, dan menghasilkan debu setebal 5 meter menutupi India dan Pakistan.60%-70% populasi makhluk bumi dinyatakan punah.Oppenheimer menyebut angka 10.000 orang, Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan technology University menyebut angka 60 juta manusia.Letusannya dilukiskan 2.800 kali lebih besar letusan St. Helena, terjadi terus menerus selama 7 hari, dengan lontara debu setinggi 10 kilo meter.

Demikian dahsyatnya peristiwa ini sebagaimana bekas bekasnya bisa dilihat sekarang ini. Bekas dari penggalan kepundan yang terlempar menurut Winchester seluas panjang 80.4 kilo meter x lebar 24 kilo meter dengan ketinggian tebing kaldera 0.24 meter, memembentuk endapan lapisan debu setebal 45 centimeterdi dasar laut yang letaknya 2.414 kilometer dari Gunung Toba, dan dengan kekuatan letusan 8 VEI atau indek letusan.Van Bemmelen (1939), geologist Belanda menyebutkan, debu dan batuan ditemukan di Malaysia, India Tengah, Samudra Hindia dan Teluk Benggala.

Disebutkan dalam Wikipedia, tim peneliti multidisiplin internasional dipimpin Dr. Michel Petraglia mengungkapkan ditemukan situs arkeologi yang cukup spektakuler, tentang bagaimana orang mampu bertahan hidup dibawah timbunan abu Gunung Toba. Debu letusan menutupi padang rumput yang sangat luas, dengan bekas bekas peralatan hidup dan tulang belulang hewa berserakan. Penyebaran debu vulkanik ini ditemukan hampir di seluruh dunia, sebanyak 2.100 titik, bahkan terekam hingga Kutub Utara.Oppenheimer menyebutkan setelah kejadian itu, orang orang yang selamat berpopulasi kembali dan secara berkelompok menuju ke Timor, memasuki Australia dengan menggunakan kapal.Sebagian dari Borneo menuju ke New Guinea, dan sebagian lagi dari Borneo menuju ke Cina Selatan.

Tidak diperoleh keterangan bagaimana bentuk benua waktu kejadian besar itu. Kemungkinan bumi terdiri dari 3 benua sebagai perubahan dari 2 benua, yakni Gondwana dan Eurasia sebagaimana sejak 135 juta tahun lalu sebelumnya super benua Pangea mengalami pergeseran. Yang lebih pasti banyak para ahli berpendapat bahwa akibat letusan dahsyat Gunung Toba, dunia menjadi beku sebagai tanda Zaman Es Pleistosen dimulai.

Dalam khasanah dogmatik Nabi Adam, tidak tersirat bahwa jaman Nabi Adam mengalami atau memotret kejadian besar itu. Dengan begitu bisa diperkirakan bahwa masa Nabi Adam berada jauh dengan kejadian super letusan Gunung Toba tahun 74.000 tahun lalu. Bahkan pada jaman Neanderthal, Cro Magnon termasuk Homo Erectus pada sekitar 32.000 tahun lalu, kemungkinanya masih  cukup jauh. Jenis spesies ini dikatakan sebagai spesies manusia beradab.Beberapa penelitian menemukan mereka mengubur rekan yang meninggal, seringkali tanpa jejak makanan dan peralatan, sebagian membuat lukisan gua sebagai ungkapan tingkat spiritual mereka, dan Cro Magnon menciptakan artefak patung batu seperti Venus dari Williendorf.

Meskipun kejadian dahsyat Gunung Toba masih menyisakan makhluk bumi, berdasarkan teori audisi, mereka yang tertinggal adalah spesies terbaik dari yang ada.Dominasi kekuatan destruktif makhluk purba punah dan mengalami kehancuran secara total.Periode jaman manusia purba, manusia raksasa, para dewa dan monster berakhir. Jaman buas dan biadab musnah berubah secara pelan kepada jaman baru, jaman insan manusia mulai terbentuk, ditandai setelah berlalu sekian puluh ribu tahun, Neanderthal, Cro Magnon, Deni-sovan dan Homo Erectus muncul sebagai manusia beradab pada 32.000 tahun lalu. 

Setelah jaman inilah kemungkinan besar, antara rentang waktu dari 32.000 tahun lalu – 11.600 tahun atau Zaman Es Pleistosen, masa Nabi Adam berada.Ω
∞∞

Zaman Pleistosen Akhir yang misterius
Dapat dibayangkan setelah bumi dibuat porak poranda atas ulah kebuasan bangsa bangsa raksasa dan monster, Tuhan mengirim bencana sangat dahsyat berupa letusan supervulkanik Gunung Toba, keadaan dunia menjadi diam dan sunyi.Seluruh dunia dalam keadaan iklim yang sangat ekstrim.Sejak kejadian besar itu pergerakan manusia yang memenuhi berbagai belahan dunia tiba tiba berhenti.Sebagian di antaranya yang masih tersisa terjebak berlindung dari serangan iklim yang dingin menggigit.Demikian ini berlangsung sangat lama, sejak kejadian bencana besar Gunung Toba 74.000 tahun lalu hingga mendekati 20.000 tahun lalu.

Pada Zaman Es akhir atau last glacial maximum sebagai jaman Pleistosen akhir atau awal jaman Holosen, pada rentang 20.000 – 8.000 tahun lalu, oleh para ahli dipandang sebagai jaman glasiasi akhir dan jaman kebangkitan peradaban manusia.Suhu rata rata tertinggi 40 C, permukaan es meluas, laut dalam keadaan mem-beku dan permukaan air laut mengalami penurunan hingga 100 meter dengan garis pantai menjorok. Berkurangnya air akibat pembekuan menyebabkan kekeringan dimana mana, curah hujan menjadi berkurang, padang gurun bertambah luas, dan sepertiga permukaan bumi tertutup dengan es.

Pada periode glasial ini data mengenai keadaan bumi dan kondisi manusia serta peradaban makin banyak ditemukan.Dituangkan dalam pembagian Waktu Geologi, banyak para ahli berpendapat jaman ini merupakan dimulainya sejarah manusia sebagaimana dikatakan adanya kebangkitan peradaban manusia.Banyak jejak jejak dan bukti sejarah bisa ditemukan pada periode jaman glasial akhir ini, membuat periode Pleistosen ini memperoleh perhatian paling besar di antara periode waktu sejak terbentuknya bumi sekian milyar sebelumnya.

Daerah Indonesia bagian barat meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan masih menjadi satu dengan Asia dan dikenal sebagai Paparan atau Dataran Sunda itu.Sedang Indonesia sebelah timur sering disebut sebagai Dataran Sahul menjadi satu dengan benua Australia.Hal ini menguatkan bahwa keadaan dunia pada jaman Pleistosen terbagi menjadi 3 benua.

Zaman Es Pleistosen ini menjadi menarik dan misterius karena disamping banyak ditemukan ribuan jejak, situs, artefak maupun bukti-bukti lainnya, periode ini dikaitkan dengan banyak perkembangan besar, antara lain keberadaan dunia Atlantis, peristiwa Banjir Semesta Nabi Nuh, terjadinya letusan besar Krakatau purba dan dalam paparan ini dikaitkan dengan jaman Nabi Adam, disamping ditemukan Gunung Padang dan Piramida Sadahurip.

Hipotesis baru Arysio Santos (2005) yang menghebohkan tentang Benua Atlantis berkaitan erat dengan letusan Krakatau purba, membawa konsekuensi panjang akan perjalanan sejarah manusia.Stephen Oppenheimer dalam karyanya The Eden in the East seperti mendukung pandangan Arysio Santos bahwa yang dimaksud Taman Eden itu berada di Tataran Sunda.Kitab Genesis hanya mengemukakan yang dimaksud Taman Eden itu berada di Timur.Dan sebelum itu Plato (250 SM) mencatat terdapat sebuah peradaban maju di timur dengan menyinggung sebuah istilah yang disebut Taprobane.Istilah itu oleh Arysio Santos dipelajari dan menyimpulkan bahwa Taprobane yang dimaksud adalah Sumatra.

Paling tidak dalam hubungan ini para ahli dengan mempelajari catatan Plato ingin mengatakan bahwa pada jaman Pleistosen Akhir terdapat sebuah peradaban tinggi yang sering disebut Atlantis. Atlantolog sebelumnya mengajukan berbagai hipotesa tentang lokasi Atlantis.Belakangan Arysio Santos mempertaruhkan reputasinya sebagai ilmuwan dengan berpendapat Atlantis berada diNusantara Oppenheimer menegaskan pada waktu itu Asia Tenggara terletak di pinggir kawasan.Artinya Oppenheimer berpandangan Asia Tenggara atau Nusantara pada waktu itu menyatu dengan Asia, sebagaimana peta yang disajikan Arysio Santos.

Keberadaan Atlantis di Nusantara sebagai peradaban tinggi yang pernah dicapai oleh manusia akan makin komplek apabila dikaitkan dengan faktor Nabi Adam. Yang pertama seperti pendapat para ahli bahwa puncak peradaban tinggi itu merupakan pusat peradaban umat manusia di dunia.Yang kedua didasarkan pada teori bahwa untuk kehadiran seorang Nabi khusus bagi Nabi Adam harus terdapat sebuah peradaban cukup maju sebagai sebuah kondisi yang mengantarkan seseorang mampu mencapai ketinggian spiritual sehingga memungkinkan dirinya layak diangkat sebagai seorang Nabi.

Di kalangan khasanah dogmatik terutama Islam memang tidak pernah menyebut keberadaan Nabi Adam berkaitan dengan cerita dunia Atlantis.Begitu juga berkaitan dengan kisah Taman Eden.Hanya Kitab Genesis dari kalangan Nasrani yang menyinggung adanya Taman Eden di Timur.Oppenheimer menemukan kisah serupa dengan kisah Habil & Qobil di Asia Timur, Kepulauan Pasifik, dan orang orang Mori di Selandia Baru, New Guinea memiliki kisah serupa yang disebut kisah Kullabop dan Manip.
∞∞

 Benua Atlantis
Buku mengenai Atlantis karya prestisius Prof. Arysio Santos, Geo-log dan Fisikawan Nuklir Brazil, disamping berstandar ilmiah dan penelitian cukup rinci dalam melakukan misinya, menyiratkan tekat kesungguhan sang penulis dalam menguak kebenaran, mempertaruhkan reputasi dengan menghabiskan 30 tahun waktu riset.Menyajikan berbagai temuan, laporan tanpa ditutup tutupi, serta jauh dari kepentingan ilmiah partial maupun tendensi tertentu.Ini merupakan kesempatan yang sayang disia-siakan, dengan memanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan tanpa bermaksud berlebihan, buku ini saya jadikan acuan pokok tulisan ini.

Dari karya itu Arysiobermaksud membuktikan bahwa yang dimaksud Benua Atlantistak lain adalah Indonesia; dengan mengete-ngahkan ribuan bukti dan merontokkan berbagai teori pandangan para atlantologi sebelumnya.Lebih dari itu dosen senior itu melakukan koreksi terhadap pandangan atau teori para ahli berbagai kalangan, antara lain arkeologi, antropologi, geologi, geografi, paleontology, etimologi, selama ini.

Catatan mengenai Atlantis yang paling tua adalah catatan Plato yang dimuat dalam Critias dan Timaeus.Selama ini cerita mengenai Atlantis lebih banyak dianggap mitos dikalangan filsuf Yunani sekali pun.Para ahli kebanyakan kurang tertarik, lebih menganggap sebagai fiksi kuno.Tak kurang Aristoteles tidak tertarik dengan kisah yang diperoleh dari Mesir itu.Crantor dan Xenocrates murid Plato berkelana ke Mesir menelusuri kisah itu dan menemukan terdapat kolom catatan khusus dengan huruf Heroglif mengenai Atlantis. Namun banyak pula yang tertarik dengan catatan Plato itu, antara lain Strabo, Posidonius, Marcellus, Homer, Diodurus Siculus, Zoticus, Theopompus, termasuk Raja Midas dan Silenus. Sarjana Amerika abad pertengahan antara lain Charles Etienne, Edward Herbert Thompson, Augustus Le Plongeon menyatakan Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek. 

Kisah yang dicatat Critias itu didahului adanya peperangan selama 9.000 tahunsebelum Atlantis munculhingga akhirnya –seperti dilanjutkan- terjadi permusuhan antara bangsa Atlantis dengan bangsa Athena.Setelah menaklukkan Lybia sampai sejauh Mesir dan Eropah sampai sejauh Tirenia, peperangan sempat berlangsung dengan bangsa Athena.Ditengah pertempuran, tiba tiba terjadi bencana cukup dahsyat yang dilukiskan dalam tempo sehari semalam bala tentara Atlantis mengalami kehancuran total secara mengejutkan.Goncangan gempa bumi dan banjir besar menelan pasukan Atlantis secara mendadak yang oleh Plato dilukiskan berjumlah jutaan.

Terutama Critias termasuk yang banyak dikutip Arysio Santos, ba-nyak mengungkap kondisi Atlantis dengan berbagai petunjuk arah lokasi, tanda tanda seperti Pilar Hercules, adanya 4 sungai besar yang mengalir dan luas benua Atlantis. Penduduk Atlantis dilukiskan berjumlah 20 juta merupakan bangsa yang berbudi dengan peradaban tinggi, membangun istana istana, kuil kuil dan banyak pelabuhan. Disana ada sebuah kerajaan besar yang menguasai pulau pulau disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lain.Tanah Atlantis dilukiskan sebagai tanah terbaik di dunia.

Adapun penduduknya, Critias mengatakan, mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemah lembutan dengan kebijaksanaan didalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hu-bungan dengan sesama.Bahkan ketika mereka berkelimpahan didalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan kemewahan. Mereka sadar kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang lain disertai pernghormatan antara sesama. 

Mereka dilukiskan berlimpah ruah dengan emas dan permata tetapi mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya.Mereka membangun rumah sederhana dimana anak anak mereka dapat tumbuh.

Arysio Santos sekedar melanjutkan apa yang dirintis oleh Plato dan orang orang terdahulu mengenai keberadaan Atlantis dengan kondisi yang demikian itu. Para atlantolog sebelumnya semua yakin bahwa Atlantis memang bukan sekedar fiksi. Atlantis memang ada, dan hingga tahun 1882 para atlantolog seperti Ignatius Donnelly, Lewis Spence, Pierre Termier, Mme, Blavatsky, W. Scott Elliot lebih berfokus bahwa keberadaan Atlantis berada di seputar Samudra Atlantik dan Samudra Hindia, diluar Indonesia. Akan tetapi dengan tidak adanya bukti bahwa pulau pulau disana, puncak puncak vulkanis di lautan Pasifik terbentuk dari magma basalt sebagai materi khas dasar laut, sama sekali tidak menunjukkan adanya daratan (kontinental), Arysio Santos menolak kesimpulan dan pandangan mereka.

Dengan mengemukakan berbagai bukti penelitiannya, Arysio Santos lebih berkesimpulan bahwa Atlantis yang dimaksud Plato dan percaturan bangsa bangsa kuno di dunia adalah Nusantara. Dia menegaskan satu satunya kemungkinan menurut kaca mata geo-logi tidak lain adalah Indonesia. Atas pengaruh kejadian besar Gunung Toba, kondisi lautan hingga pada Zaman Es mengalami penurunan permukaan hingga 100 meter, paparan Sunda dan paparan paparan yang dangkal lainnya muncul terlihat.

Perkara Atlantis sebenarnya bukan domain para ahli atau para antlolog maupun ilmu pengetahuan, melainkan domain bangsa bangsa kuno serta tradisi suci, agama agama, antara lain Hindhu, Budha, Yahudi, Kristen, bangsa Yunani, Romawi, Mesir, Mesopotamia, Funisia, Celtic, India, Nusantara, Yucatan, Mexico, Venezuela dan lainnya. Jadi perkara Atlantis ini lebih berkaitan dengan perkara keyakinan, menyangkut kebudayaan, linguistik dan persoalan teosofi.

Tidak kurang Plato memulai dengan istilah Taprobane dalam tradisi tradisi kuno yang bersimplikasi dengan istilah Terra Australis Incognita, Antichthon, Antilia, Antipodes, Antiporthmis, Atala, termasuk dikaitkan dengan “Dunia Lain” (Mundus Alterius) dan Alam Barzakh (Hades).Berasosiasi dengan adanya Taman Eden di paparan Sunda.Selaras dengan Kitab Kejadian yang menyatakan bahwa Taman Eden berada di TImur.Bangsa Celtic kuno menempatkan surga di Defrobani (Taprobane).

Oleh Arysio Santos Taprobane  diartikan sebagai Sumatra. Dalam bahasa sanskerta, Taprobane adalah Tamraparna atau ‘Semenanjung Emas’. Dalam bahasa Dravida sama dengan Tamaraparana dengan arti sama.
Sebelumnya tradisi Hindhu yang menggunakan istilah “Tanah Suci” terhadap apa yang disebutkan dalam Kitab Kejadian mengenai kota pertama yang dinamakan enoch (Henoch atau Chenoch, yakni ‘Kediaman yang Suci’). Hindhu menggunakan istilah Sveta-Dvipa, Sukhavati, Atala dsb.Orang orang Mesopotamia menyebut Dilmun dalam bahasa Dravida, tradisi Indian Amerika menyebut Yvymaraney atau ‘Tanah dari yang Suci’.Bangsa Aztek Mexico menyebut Aztlan atau Aztlatan, bangsa Maya Yucatan menyebut Tollan.

Sebutan Padang Elys oleh bangsa Yunani disebut Sekhet Aaru atau Padang Alang-alang oleh orang Mesir.Bangsa Mesir menamakan kampung halaman mereka sebelumnya sebagai ‘Tanah Leluhur’ disebut To-wer yakni sebuah tempat yang digambarkan sebagai surga diseberang lautan dimana mereka dulu pernah tinggal. Bahasa Mesir disebut sebagai Het-Ka-Ptah ditafsirkan sebagai ‘kediaman kedua Ptah’. ‘Ka’ diartikan sebagai ‘pasangan’ ditafsirkan sebagai seperti halnya malaikat penjaga dalam kepercayaan Yahudi-Kristen dan seseorang yang kepandaiannya luar biasa menurut tradisi Romawi-Yunani.Bangsa Mesir mengaku berasal dari Punt, Tanah Para Dewa, kediaman pertama mereka terletak disisi barat Samudra Hindia. Punt diterjemahkan sebagai ‘tanah kematian’ atau ‘tanah yang tak pernah kembali’ dan tempat yang mengerikan itu disebut orang Mesir sebagai Amenti, adanya di Hindia Timur (Indonesia).

Yang menarik, orang orang Hindhu menempatkan surga asli mereka diTaprobane, dengan menyebut Kumari Kandam, atau Lanka atau Tripura, tanah air primordial bangsa Hindhu Dravida.Oleh masyarakat Hindhu kemudian disebut sebagai svarga.Masyarakat Budhis menyebut Sukhavati.Bangsa Polinesia menyebut Hawaiki. Yang paling terperinci mengenai pulau emas itu adalah bangsa Celtic, dengan adanya nama nama Avalon, Emain Abbalach, Ynis Wydr atau Flath Ynis (Pulau para Pahlawan).

Plato meninggalkan uraian meyakinkan tentang surga purba itu.Meskipun Atlantis berada pada Zaman Es Pleistosen, Atlantis dikatakan merupakan surga beriklim tropis. Surga beriklim tropis yang penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan : daratan daratan yang luas dan ladang ladang yang indah, lembah dan gunung; batu batu permata dan logam berbagai jenis, kayu kayu wangi, wewangian, bahan celup yang bernilai tinggi, sungai sungai dan irigasi melimpah, pertanian produktif, istana bertabur emas, tembok perak dan benteng; gajah dan segala jenis binatang buas. Arysio Santos melakukan klaim bahwa gambaran semua itu adalah Hindia Timur khususnya Indonesia.

Dari semua kisah yang tersebar pada bangsa bangsa kuno di dunia, tersirat kerinduan mereka pernah mengalami peradaban tinggi yang menakjubkan itu, yang disebut Atlantis. Mereka seolah menunjuk satu titik yang sama yakni Atlantis dengan cara kebiasaan setelah mereka harus tercerai berai di berbagai belahan. Dari pengisahan dan istilah bahasa, mereka ingin melukiskan sebaik mungkin tentang betapa indah dan maju kondisi dunia yang pernah mereka capai itu.Mereka memimpikan lagi peradaban seperti itu dengan melukiskan sebagai sebuah surga (impian).

Hal tersebut sekaligus menunjukkan bahwa Atlantis yang mereka maksudkan adalah sebuah pusat peradaban mereka sebelumnya.Peradaban tersisa yang mereka miliki terkemudian bermuara pada peradaban Atlantis.Mereka mencoba terus melanjutkan budaya yang pernah dikenal sebelumnya.Di antaranya bila mereka kebetulan menemukan tanah yang subur mereka bercocok tanam.

Gambaran yang diabadikan dalam catatan Critiasakan peradaban yang dicapai Atlantis, cukup menunjukkan bahwa tingkat budaya penduduknya memungkinkan lahir manusia manusia yang berspi-ritual. Bila Critias menyebut adanya dewa pada masa itu, hal ini minimal melukiskan tingkat kebudayaan memungkinkan manusia mencapai tingkat spiritualnya.Apa kata Critias, ‘’sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi berbeda beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis.’ Jejak jejak tingkat budaya mereka pun dicatat dalam Critias : ‘Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit.Bagi pra prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan keperluan untuk kehidupan dan pendidikan disediakan dengan berlimpah.’Catatan itu dilanjutkan, ‘lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang.Atlantis menjadi sangat termasyhur di seluruh Eropah dan Asia karena ketampanan dan kebaikan hati para penduduknya.’Sedangkan tingkat teknologinya digambarkan sebagai berikut, ‘mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan. Mereka mengatur seluruh wilayah dengan susunan: pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana.Mereka membangun istana di tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara generasi berikutnya.Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar dan indah.’

Penyebutan dewa sudah diketahui bukan hanya bangsa Yunani.Penyebutan Punt di Mesir juga menunjukkan keberadaan dewa, demikian pula kalangan Hindhu.Bahkan Hindhu sebagai agama pertama kali di dunia setelah animisme dan dinamisme, membakukan dewa-dewa sebagai Tuhan orang Hindhu.Bukan hanya dikaitkan dunia pewayangan Jawa, didalam Babad Tanah Jawi disebutkan adanya para dewa, sebagai keturunan Nabi Adam.Kisah itu seperti didukung Serat Paramayoga yang datang belakangan sebagai hasil karya sastra R.G. Ranggawarsita.Demikian pula termuat dalam Darma Gandul.Peradaban di lembah Indus di Mohenjodaro pun menyebut adanya Dewa Syiwa dan Rudra. Nampak adanya alur keberadaan dewa, dari Jawa, India, Mesir dan Yunani disatu sisi, dan disisi lain ke arah Amerika, ke Indian, Yucatan dan Suku Maya.

Gambaran adanya para dewa, hendak menegaskan pada waktu itu Atlantis telah mencapai peradaban cukup tinggi.Tingkat peradaban itu memungkinkan melahirkan seorang manusia spiritual se-perti Nabi Adam.Dan memang jauh berbeda dengan periode periode sebelumnya. Apa yang disebutkan kalangan Jawa, baik didalam Babad Tanah Jawi maupun Pewayangan Jawa, selaras dengan khasanah dogmatik Yahudi yang disitir Syaikh Allamah Thabathabai, “Dalam sejarah Yahudi disebutkan bahwa usia jenis manusia semenjak diciptakan hingga kini tidak lebih dari tujuh ribu tahun lamanya.”

Namun demikian sekali lagi untuk menentukan periodisasi jaman Nabi Adam akan lebih jelas dengan menarik periode jaman Nabi Nuh. Sementara antara keberadaan Atlantis, peristiwa letusan Krakatau dan banjir besar Nabi Nuh seperti satu benang merah yang saling berhubungan.Ω
∞∞

Banjir Semesta Nabi Nuh
Sulit rasanya menyinggung Atlantis tanpa menyebut meletusnya Krakatau.Ada fakta surga Atlantis yang diyakini pernah eksis dalam kenyataannya sekarang ini lenyap, tidak berbekas.Sebuah skala kehidupan seluas Atlantis yang luasnya dilukiskan lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) digabung dengan Asia Kecil, tidak mungkin lenyap hanya disebabkan oleh sebuah kejadian biasa, kecuali sebuah kejadian berskala dunia yang cukup dahsyat sehingga akhir-nya melenyapkan benua itu tanpa jejak jejak yang bisa ditemukan hingga sekarang. Hanya sebuah peristiwabesar yang bisa mele-nyapkannya.

Dari sisi ilmiah, geologi, oceanografi, klimatologi dan disiplin ilmu lainnya, Arysio Santos membuktikan bahwa Zaman Es Pleistosen berakhir akibat terjadinya letusan sebuah gunung yang sangat dahsyat. Menurutnya hanya mekanisme itu satu satunya kemungkinan yang bisa mengakhiri jaman es ribuan tahun berakhir.Menurutnya hal ini merupakan bukti yang tidak terbantahkan. Ilmuwan Brasil yang geolog dan fisikawan itu kemudian melanjutkan penelitiannya hingga tiba pada kesimpulan bahwa letusan supervulkanik itu tidak lain adalah letusan maha dahsyat Krakatau. Letusan itu mengakibatkan Sumatra dan Jawaterpisah.Letusan yang diselidiki terjadi sekitar 11.600 tahun lalu itu menimbulkan gelombang banjir bah yang tidak kalah dahsyat.Angka 11.600 dari Plato itu dibuktikan benar, sinkron dengan penanggalan akhir Zaman Es dan Meltwater3 Pulse menurut fenomena geologi. Demikian pula istilah Banjir Semesta dari Plato, dalam penyelidikannya letusan Krakatau mengirim banjir bah dalam skala dunia dan menaikkan permukaan air laut hingga 150 meter lebih tinggi. Akibat kenaikan air laut itu Atlantis yang dipastikan terletak di Paparan Sunda dan Laut Jawa itu tenggelam.

Bisa dibayangkan betapa pilu yang amat sangat bagi umat manusia pada waktu itu, tertimpa musibah begitu dahsyat secara beruntun sehingga membuat umat manusia dan ‘makhluk tersisa’ harus tercerai berai menyelamatkan diri sebelum akhirnya tumbuh menjadi bangsa bangsa di berbagai belahan dunia.Cukup logis apabila mereka akhirnya merekam kejadian yang begitu dahsyat dan sangat mengerikan itu dalam bentuk berbagai legenda dan mitos kebudayaan mereka.

Dunia Atlantis yang memperoleh kejayaannya dengan peradaban yang sangat maju lalu hancur, setelah bertahan selama ribuan tahun, diperkirakan selama 3.000-5.000 tahun.Manifestasi manusia kuno dan ‘makhluk tersisa’ paling besar sebagai ‘Taman Surga’ yang pernah ada itu punah ditelan banjir berskala dunia itu.

Sebelumnya perlu dicatat, ketika bangsa Danawa atau ras raksasa termasuk monster atau sebagian besar manusia purba punah oleh kejadian maha dahsyat,penyebabnya tidak lain adalah adanya letusan Gunung Toba di Indonesia. Begitu pula adanya pusat peradaban dan Atlantis yang sering disebut sebut menakjubkan itu juga berada terletak di Indonesia. Demikian halnya ketika Atlantis pada akhirnya lenyap akibat sebuah kejadian sangat dahsyat, tidak lain adalahletusan Gunung Krakatau, sebuah gunung yang adanya di Indonesia. Tiga kejadian besar berpusat dan terletak di Indonesia itu apakah sesuatu yang kebetulan, atau mempunyai makna tertentu ?Atau apakah berkaitan dengan skenario Tuhan tertentu. Bila menilik dahsyatnya kejadian serta kerusakan dan perubahan yang ditimbulkan menyangkut nasib banyak bangsa, terlalu mudah menyimpulkan hal ini tidak berbeda dengan peristiwa geologi lain di belahan dunia lain yang tanpa makna.Apabila bertepatan dengan berbagai kisah yang tertera dalam khasanah dogmatik semua agama, tidak mustahil peristiwa peristiwa itu berkaitan erat dengan skenario Tuhan.

Letusan Krakatau tahun 1883.
Untuk memudahkan dalam membayangkan bagaimana dahsyatnya letusan Krakatau 11.600 tahun lalu, letusan Krakatau pada tahun 1883 M, telah disajikan Simon Winchester dalam karyanya Krakatoa dengan cukup baik.
Letusan Krakatau pada 1883 M mengirimkan debu vulkanik sebanyak 9.7 kubik kilometer atau juta kubik lebih sedikit dari Tambora sebanyak 17.7 kubik kilometer, letusannya mencapai indeks letusan (VEI=Velocity Explosive Index) 6.5 VEI lebih kecil dari letusan Tambora 7 VEI, dan yang paling besar dalam sejarah umat manusia adalah letusan Gunung Toba dengan indek letusan sama dengan 8 VEI.Letusan Krakatau membuat 13% permukaan bumi bergetar keras dan terdengar hingga jarak paling jauh, 19.312 kilo-meter dari Krakatau, sebuah kesaksian yang datang dari Foley di Cayman Brac. Beberapa kesaksian datang dari berbagai negara diungkapkan oleh Winchester dalam bukunya.

Yang menghebohkan adalah apa yang dikisahkan oleh Michael seorang anggota gereja Antitoch pada abad ke 11 yang disitir oleh Winchester bahwa, matahari menjadi gelap berlangsung selama 18 bulan. Setiap hari matahari bersinar sekitar 4 jam dengan sinar yang lemah. Semua orang menyatakan matahari tak akan pulih memancarkan sinarnya lagi. Buah buahan tidak akan matang, dan minuman anggur pun terasa seperti anggur masam.

Letusannya terdengar di Bangkok, Manila, Perth, dan sebelah selatan Darwin yang disebut Daly Waters.Tidak kurang dari 18 orang di Ceylon memberikan kesaksian serupa.Sebaliknya yang agak mengherankan, sejumlah besar orang orang Batavia, Buitenzorg (Bogor) dan Jawa Barat sama sekali tidak mendengar letusan apa pun. 

Lukisan kejadian letusan tahun itu serupa dengan letusan yang terjadi pada 416 M. Kejadian itu besar dan mengundang banyak perhatian orang sehingga R.G. Ranggawarsita harus mencatat dalam Kitab Raja Purwa yang disitir Winchester sebagai berikut : ‘pada tahu Saka 338 (416 M) sebuah suara menggelegar terdengar dari Gunung Batuwara, yang dijawab suara serupa yang datang dari Gunung Kapi, yang terletak di sebelah barat bantam baru. Api yang keluar dari gunung itu menyala luar biasa hingga menggapai langit. Seluruh dunia bergetar dan guntur menggelegar disertai hujan deras dan badai yang menyertainya. Tapi hujan deras itu ti-dak mematikan letusan api yang keluar dari Gunung Kapi, tapi malah memperbesar nyala apinya. Suaranya begitu menakutkan.Akhirnya gunung Kapi pecah menjadi dua dengan suara mengge-legar luar biasa dan terbenam masuk jauh ke dalam bumi.Air laut pun naik dan membanjiri daratan.Negeri yang terletak di sebelah timur gunung Batuwara sampai ke gunung Kamula, dan membentang ke sebelah barat sampai ke Gunung Raja Basa, semuanya dibanjiri air laut.’Winchester kemudian menerjemahkan Gunung Kapi sebagai Krakatau.

Seusai letusan hari Minggu tanggal 27 Agustus 1883 itu, fase pertama segera dimulai.Pada malam harinya relatif tidak ada kejadian dahsyat, kecuali hujan abu dan banyaknya batu apung serta beberapa letusan hingga tengah malam.Keadaan laut di Selat Sunda dikatakan tetap ganas tanpa kekangan. Empat letusan segera terjadi pada keesokan harinya sejak pukul 5.30 pagi menghancurkan kota Ketimbang di Sumatra, letusan pukul 6.15 membuat Anyer tergenang dan hancur, pukul 6.44 membuat Batavia mengalami hujan abu. Yang paling besar adalah letusan ke empat membuat banyak gedung di Batavia bergemeratak. Letusan paling besar itu terjadi pukul 10.00 pagi mengirimkan asap dan api menjulang tinggi setinggi 38.6 kilometer ke udara. Senen pagi itu Bantam (Banten) dan Batavia gelap total hingga pada pukul 11.30 datang gelombang raksasa dengan sangat cepat dan cukup tinggi. 

Selama 3 bulan suara suara terus terdengar disana sini hingga satu kejadian sangat luar biasa terjadi pada pukul 1.30 pagi, dengan kepulan asap setinggi 11 kilometer, sebuah gelombang sangat dahsyat bagaikan tembok tinggi bergerak berisi milyaran ton air berwarna hijau, bergulung gulung menghantam dan membuat kerusakan dahsyat pesisir Jawa dan Sumatra dan menerpa Teluk Betung dan Teluk Lampung.

Legenda dan Mitos Bangsa Bangsa
Letusan Krakatau yang terjadi pada 11.600 tahun lalu jauh lebih dahsyat dari letusan tahun 1883 itu, dengan indek letusan diatas Gunung Tambora, diperkirakan sekitar 7.30 VEI. Letusannya mengirimkan gelombang laut maha dahsyat setinggi 150 meter, membuat hancur luluh daratan dan menelan gunung gunung di berbagai belahan dunia.Tak terbayangkan betapa begitu mengerikan gelombang setinggi itu menelan daratan.
Dari peta dunia pada zaman Pleistosen akhir itu dapat dibayangkan seberapa luas permukaan daratan yang mengalami kehancuran akibat letusan Krakatau.

Belum diperoleh deskripsi lebih rinci letusan 11.600 tahun lalu seperti letusan tahun 1883;dari jam ke jam maupun hari ke hari dengan tingkat kerusakan yang terjadi. Akan tetapi termasuk Arysio Santos meyakinkan, mengenai sifat letusan, jenis batuan, kondisi dan situasi yang terjadi, pengaruh terhadap bumi dan matahari termasuk iklim, cuaca, suhu, dan wilayah kutub, letusan purba itu tidak jauh berbeda sifatnya dengan letusan tahun 1883. Hanya skala, dramatisasi dan daya rusaknya sudah barang tentu jauh lebih dahsyat hingga membuat manusia dan ‘makhluk tersisa’ tercerai berai ke berbagai arah.

Disamping mekanisme berakhirnya Zaman Es Pleistosen, penanggalan (radiocrabon dating) akhir Zaman Es, dia menegaskan bahwa mekanisme yang telah dikonfirmasi NASA itu menyebabkan pemanasan global sebesar 25% dan mencairnya lebih dari 70% gletser yang tersisa di bumi, baik di darat maupun di laut. Peristiwa Heinrich yang bernama H0 (H Zero) yang ditemukan Hartmut Heinreich, oceanografer Jerman membuktikan terjadinya gumpalan gumpalan besar gletser yang bergerak akibat dorongan air yang mencair yang dilukiskan terjadi secara mendadak dan ganas.Bisa dibayangkan bagaikan gunung gunung es berbondong bondong bergerak ke laut lalu mendesak dan mendorong volume air laut milyaran ton.Dengan bukti bukti itu cukup kiranya peristiwa besar itu pernah terjadi, berlangsung begitu dahsyat.

Dengan begitu tidak mengherankan, selain banyak istilah yang menggambarkan adanya sebuah ‘impian taman surga’ yang pernah dialami, banyak pula istilah yang memilukan lebih lebih banyak dihubungkan dengan kata kata kematian, merupakan pencerminan suatu kejadian besar pernah terjadi menimpa mereka secara dramatis dan mengerikan. Sepertinya makin jauh tempat mereka lari dari Atlantis, makin ngeri istilah yang digunakan.Atau bisa jadI semakin jauh mereka lari, semakin ciut nyali mereka terhadap kejadian itu.Sebab dikatakan, India merupakan tempat yang paling dekat menyelamatkan diri.Istilah istilah yang ditulis dimuka seperti ‘Tanah Suci’, ‘Kediaman yang Suci’, ‘Semenanjung Emas’, ‘Dunia Lain’, ‘Tanah dari yang Suci’, ‘Tanah Leluhur’, ‘Kediaman Kedua’, ‘Pulau Emas’, ‘Taman Eden’, adalah istilah yang menggambarkan mereka pernah mengalami masa indah itu dan memimpikan kembali setelah hancur.

Sebaliknya, Plato sering menggunakan istilah nesos yang artinya pulau dalam menyebut Atlantis.Kata nesos mengandung konotasi ‘tanah yang tenggelam’. Kata kata yang berhubungan dengan Atlantis adalah Atlas, Attala, Atala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Aztatlan, Tlaloc. Atala merupakan istilah Sanskerta yang berarti neraka.Atlas versi bangsa Aztec dianggap sebagai dewa kematian.Kata Atlas dari Yunani berasal dari kata Atala bahasa Sanskerta.A-tidak, tala-pilar, diterjemahkan sebagai tanpa pilar atau pilar langit.Pilar Langit berasosiasi dengan Pilar Hercules. Dalam bahasa Dravida ada kata Attala, berasal dari kata ‘atta’-‘ala’; atta berarti ‘tapak kaki, langkah kaki, antipoda’ dan ‘ala’ berarti ‘daratan yang tenggelam’ diterjemahkan sebagai ‘daratan yang tenggelam di antipoda’. Dalam Hindhu ada istilah agnishvattha yang merujuk pada ‘mereka yang duduk terlalu dekat dengan api’

Dalam melukiskan tanah air primordial yang tenggelam bangsa Hindhu Dravida menggunakan istilah Kumari Kandam. Tidak banyak berbeda dengan istilah Lanka atau Tripura yang artinya kota yang tenggelam, dalam tradisi Ramayana. Orang Yunani melukiskan dengan sebutan Hades atau alam barzah.Orang Yahudi melukiskan dengan sebutan Sheol berarti neraka.Terdapat istilah Amenti dalam bahasa Mesir yang artinya ‘tanah yang tak kembali’.

Menurut Plato, Pilar Hercules terletak ‘persis dimuka Atlantis’. Pilar Hercules tersebut lebih tepat berada di Selat Sunda dari pada diterjemahkan di selat Gibraltar selama ini. Selat Gibraltar terbentuk tidak berdasar kejadian vulkanik dan keberadaanya sejak 5.2 juta tahun lalu tanpa perubahan atau kejadian apa pun. Selat Sunda lebih beralasan serta terbentuknya banyak menarik perhatian akibat letusan Krakatau. Orang Hindhu menyebut Abhvan (Jurang Besar), Kalamukha (Lubang Hitam), Aurva (Rongga Berapi), Vadavamukha (Kuda Betina Bawah Laut yang Berapi). Orang Hesiod belajar dari orang orang Hindhu menyebut Khasma Mega atau Celah Besar.Bangsa Mesir menyebut Nun, Apzu (Abyss atau Jurang), Hades atau alam barzah, Tartarus dan Cimmeria.

Orang orang Budhis mengisahkan Supparaka pelaut terbaik yang melakukan perjalanan ke lautan Selatan, Supparaka tiba di wilayah yang dikenal sebagai Vadavamukha, Gerbang Neraka yang berapi-api.Vadavamukha ini lalu diterjemahkan sebagai kaldera raksasa Krakatau, tersembunyi di Selat Sunda.Kisah ini ternyata direkam oleh Homer dalam karyanya Odyssey.Mitos bangsa Celtic mengisahkan Meredid, putri Raja Gradlon yang jahat penuh dosa.Kelakuan buruk putri itu menyebabkan tenggelamnya tanah Ys.Mitos bangsa Kolombia mengisahkan tentang Bochica yang beristrikan putri Chia yang jahat yang menjadi penyebab datangnya banjir.
Kitab Ramayana mengisahkan Rama melepas anak panah berapi hingga batas samudra, mengakibatkan samudra naik dan menenggelamkan kota emas, yakni diterjemahkan sebagai Atlantis. Dwarka atau Dwarawati dalam bahasa Jawa sebagai kerajaan Kresna ditandai sebagai daerah Delta Indus di pantai India Barat terbenam akibat gempa bumi berkepanjangan.Sedang Lanka atau Alengka sebagai kerajaan Rahwana atau Dasamuka ditengarai di daerah Indonesia pada akhirnya tenggelam.

Bangsa Aztec melukis gunung diatas kapal dengan tulisan Aztlan dan orang berdiri diatasnya.Di India terdapat istilah Pohon Jambu raksasa tumbuh di Gunung Meru Jambudwipa, dan Pohon Kematian raksasa di Gunung Suci.Orang Indian membuat gambar orang naik perahu menyeberangi laut dengan latar sebuah gunung meletus dan sebuah kapal besar, serta seorang raksasa tenggelam.Atlas, orang memikul langit dari Yunani yang terkenal itu serupa dengan Quetzalcoatl gambar manusia menyangga langit dari Suku Maya.Orang Mesir pada periode Amratian, 4.000-3.500 SM, membuat dekorasi yang menggambarkan adanya 2 gunung. Termasuk gambar Lingkaran Bersalib dari bangsa Celtic mengisyaratkan bentuk landscape kerajaan Atlantis. Plato menggunakan istilah Banjir Semesta untuk melukiskan betapa dahsyat letusan Krakatau.

Termasuk dalam bagian tradisi bangsa bangsa, bercocok tanam di klaim sebagai jejak peradaban Atlantis. Begitu pula tidak mustahil pengertian ‘setengah manusia’ mencerminkan kondisi masa silam itu, termasuk pengertian ‘bangsa budak’ tidak tertutup kemungkinan pada masa silam para pemilik budak memperlakukan budak budak mereka bahkan menyetubuinya sebagai hal biasa terjadi seakan belum ada etika.Dibalik keluhuran budi penduduk Atlantis, tidak mustahil ada pula tabiat tabiat buruk menurut ukuran orang modern.Pengertian budak waktu itu bisa merupakan hubungan antara manusia dengan setengah manusia, makhluk makhluk berderajat rendah menjadi budak makhluk berderajat lebih tinggi. Ω
∞∞

Meskipun tidak didukung bukti ilmiah secara langsung bahwa banjir dahsyat yang diakibatkan oleh letusan Krakatau adalah Banjir Semesta Nabi Nuh, dalam konteks sajian buku ini, sudah cukup dijadikan sebagai alasan bahwa kejadian besar yang layak dijadikan alasan terjadinya banjir dahsyat Nabi Nuh adalah letusan Krakatau.
Meskipun ada pula yang berpendapat peristiwa besar itu terjadi pada 6.000 tahun lalu, serta adanya penemuan situs Bahtera Nabi Nuh diperkirakan menurut uji radiocarbon berusia 4.800 tahun, Arysio Santos lebih berpendapat ledakan Krakatau itu terjadi pada 11.600 tahun lalu,sebagaimana telah dipaparkan didepan. Pendapat ini memperkuat pendapat Plato dalam menguak Dunia Timur yang disebut Atlantis.

Sebenarnya untuk konsumsi ini untuk menentukan sebatas hubungan peristiwa Banjir Besar Nabi Nuh dengan meletusnya Krakatau, bisa dilakukan dengan sederhana, terutama tentu saja menurut pandangan dogmatik.
Yang pertama, sejak 20.000 tahun lalu bahkan hingga sekarang tidak ada satu pun peristiwa bencana yang lebih dahsyat dari pada Krakatau yang menurut Plato dan Arysio Santos terjadi 11.600 tahun lalu.Sebelumnya terjadi peristiwa meletusnya Gunung Toba yang lebih dahsyat dari letusan Krakatau, pada 74.000 tahun lalu.Namun periode itu terlalu jauh dikaitkan dengan peristiwa banjir Nabi Nuh.

Yang kedua, peristiwa besar yang termuat dalam semua Kitab agama Samawi adalah peristiwa Banjir Besar Nabi Nuh.Tidak ada peristiwa sejenis yang lebih besar dari banjir besar Nabi Nuh yang diabadikan dalam Kitab Suci. Bahkan dengan kejadian itu Tuhan berjanji tidak akan memusnahkan peradaban di muka bumi untuk kedua kali. Setelah itu sejak rentang waktu 20.000 tahun lalu hingga sekarang tidak ditemukan kejadian katastropis yang serupa atau lebih besar.Ω

            Kronologi Kejadian menurut Sumber Dogmatik
Periodisasi peristiwa Banjir Semesta Nabi Nuh mempunyai posisi strategis dan penuh dengan makna dalam rangkaian jaman kehidupan umat manusia.Bila Atlantis merupakan puncak kehidupan Dunia Lama, Nabi Nuh merupakan awal dimulai Dunia Baru bagi kehidupan umat manusia sesungguhnya. Dalam buku ini peristiwa banjir bah dan Nabi Nuh dijadikan titik awal penentu bagaimana semua sajian mampu disuguhkan secara proporsional dan make sense.

Mengingat alasan yang mendasar itu, sedapat mungkin setiap detail dari seluruh kejadian maupun berbagai hal dan unsur yang menyertai, menjadi penting dikemukakan. Dia Sang Nabi adalah generasi-10 manusia, pengemban babak baru, Dunia Baru bagi umat manusia.

Dalam sumber dogmatik, Kitab Kejadian menyebutkan, Tuhan akan menghapus manusia, hewan dan binatang melata dan burung burung di udara dari muka bumi, sebab bumi sudah penuh dengan kekerasan. Tuhan akan memusnahkan mereka.

Dari sumber islamik, Nabi Nuh merupakan salah satu Nabi Ulul Azmi dan Rasul pertama, di antaranya karena telah melaksanakan misi Tuhan yang menjadi tonggak sejarah keberadaan manusia di bumi. Dalam qur'anik ada kata kata ‘pengganti’ : “Dan ingatlah oleh kamu seka-lian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (dari pada kaum Nuh itu).(al A’raaf-69)Nabi Nuh mengawali dan sebagai perintis Dunia Baru bagi umat manusia.Tuhan kemudian memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat Bahtera.

Bahtera itu terbuat dari kayu Gofir dalam bentuk berpetak petak, ditutup dengan pakal dari luar dan dalam, dan beratap serta dipasang pintu pada lambungnya. Panjang 300 hasta, lebar 50 hasta dan tinggi 30 hasta, Bahtera dibuat selama 1 bulan 10 hari, dengan dibantu 3 anak Nabi Nuh, Sem, Ham dan Yafet.

Seminggu setelah rampung, tepatnya hari ke 17 bulan ke 2, hujan lebat mulai turun meliputi bumi 40 hari 40 malam lamanya. permukaan air terus meningkat selama 110 hari dan dalam keadaan tergenang selama 150 hari. 

Puncak puncak gunung mulai nampak saat hari ke-17 bulan ke-7 sampai hari pertama bulan ke-10.Air mulai surut dari muka bumi dan terus berkurang, hingga Bahtera kandas di pegunungan Ararat.

Setelah 40 hari Nabi Nuh melepaskan burung gagak.Seminggu, atau 7 harikemudian, Nabi Nuh melepaskan merpatiyang pertama.Seminggu, 7 harikemudian, dilepas burung merpati yang kedua.Dan seminggu kemudian, dilepas burung merpati yang ketiga.Sampai disitu, waktu menunjukkan 285 hari, pada hari ke-1 bulan ke-1 tahun ke-601.Nabi Nuh mulai membuka tutup Bahtera, melihat muka bumi mulai mengering.
Sejak memasuki Bahtera sudah terhitung 314 hari.Atas perintah Allah, Nuh kemudian keluar dari Bahtera beserta keluarganya, pada hari ke-27 bulan ke-2 tahun ke-601.

Nampaknya terdapat waktu jeda sebelum Nabi Nuh turun keluar dari Bahtera, Nabi Nuh sempat berdiam diri di Bahtera selama 29 hari menanti perintah Tuhan selanjutnya.

Begitu turun tiba di darat, Nabi Nuh kemudian melakukan qurban bagi persembahan, dengan mengambil binatang dan burung yang tidak haram beberapa ekor. Tuhan kemudian berfirman, bahwa Tuhan tidak akan mengutuk bumi lagi karena manusia. Selama bumi masih ada, tidak akan berhenti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.

Kronologi dari Kitab Kejadian ini nampak cukup rinci, dapat dijadikan sumber informasi maupun referensi bahasan maupun tulisan berbagai kalangan.Seperti biasanya, sebagai kabar berita teologi cukup tua dan seiring begitu lamanya waktu berjalan itu, berkembang menjadi berbagai kisah, cerita cerita epik maupun tradisi bahkan mitos.Memperoleh tanggapan berbagai pihak, termasuk dari kalangan agama sendiri, geolog maupun arkeolog, menjadikan kisah banjir besar Nabi Nuh tidak cukup sederhana. Tidak sedikit mitos dan cerita cerita tradisi keagamaan bermunculan beranjak dari kejadian besar itu, seperti halnya Epos Gilgamesh, Mitos Sumeria, Epos Atrahasis, Epos Ziusudra termasuk mitos Yunani dan teks teks India. Kalangan ilmiah tak kalah membentuk tim tim penyelidikan, hingga tiba pada kesimpulan kesimpulan serta menghadirkan berbagai teori, di antaranya adalah Geologi Air Bah, polemik demi polemik pun menjamur.

Wyatt Archeological Research berpendapat bukit Judi itu terletak di Turkhistan yang oleh orang Arab disebut jazirah Ibnu Umar.Adapula yang lebih menunjuk disebelah selatan Armenia. Para arkeolog Cornuke dan tim menduga bahtera telah ditemukan di Iran.Mengenai pengertian kayu Gofir bahan bahtera, belum ada kesesuaian. Ada yang menerjemahkan sebagai ‘kayu persegi’, ‘kayu licin’, ada pula pendapat, kayu itu berasal dari pohon yang ditanam Nabi Nuh selama 40 tahun sebelumnya. Yang mengundang kontra versi, akhir akhir ini ada yang berpendapat bahan kayu itu adalah kayu jati.Banyak terjemahan modern cenderung memilih kayu cypress. Tetapi ada pula yang menyebut kayu pinus atau aras. Perhatian rupanya tidak cukup berhenti disitu.Beberapa orang secara terpisah mencoba membuat replika bahtera Nabi Nuh dengan bentuk sesuai terjemahan mereka.Mereka mencoba mengetahui bentuk bahtera yang tepat, kapasitas, tinggi, ukuran ukuran maupun kontruksi yang diperlukan.

Dari kalangan Islam pada umumnya tidak meninjau hingga sejauh itu, yang pada akhirnya hanya mengundang perbedaan pendapat.Dari kalangan Islam juga tidak banyak disinggung serinci Kitab Genesis diatas. Dalam qur'anik terkandung beberapa hal yang berkaitan dengan proses kejadian, antara lain mengenai usia Nabi Nuh, mengenai Gunung Judi, bahan material kapal terdiri papan dan paku. Dalam tradisi Islam, Abdul Hasan Ali bin al Husayn Masudi (956 M) mengatakan bahwa tempat pendaratan itu dapat dilihat pada masanya.Juga disebutkan Bahtera itu memulai perjalanan dari Kuffah di Irak Tengah dan berlayar ke Mekkah, disana Bahtera itu mengitari Ka’bah, sebelum mendarat di Gunung Judi. Abdullah bin Umar al Baidawi (abad ke-13) mengatakan terdapat 70 orang penyembah berhala bertobat dan ikut masuk ke dalam Bahtera, sehingga seluruhnya berjumlah 78 orang. Serpihan itu mungkin tidak jauh berbeda dengan apa yang disebut dalam tradisi rabbanik, adanya raksasa bernama Og dan raja bernama Basan berada di antara yang diselamatkan.

Baidawi menyebut pada tingkat pertama Bahtera ditempatkan binatang-binatang liar yang sudah dijinakkan, pada tingkat kedua ditempatkan manusia, yang ketiga ditempatkan burung burung. Terdapat tiga lembar papan yang hilang dibawa ke Mesir oleh Og, satu satunya raksasa yang selamat dari banjir. Nuh berada di Bahtera selama 5-6 bulan sebelum akhirnya mengeluarkan burung gagak.Namun gagak berhenti untuk berpesta memakan bangkai bangkai dan oleh karena itu Nabi Nuh mengutuknya dan mengeluarkan burung merpati. Nabi Nuh meninggalkan Bahtera pada tanggal 10 Muharam, bersama keluarga dan teman temannya membangun sebuah kota di kaki Gunung Judi dinamai Thamanin. Nabi Nuh kemudian mengunci Bahtera itu dan memberikan kuncinya kepada Sem, anaknya. Ibnu Batutah pernah melewati pegunungan itu dalam perjalanannya pada abad ke-14.Ω
∞∞

Korelasi masa Nabi Adam dan masa Nabi Nuh
Atas kepastian bahwa meletusnya Krakatau purba terjadi pada 11.600 tahun lalu berdasar berbagai bukti ilmiah di depan, bisa pula dipastikan bahwa peristiwa Banjir Semesta Nabi Nuh terjadi di sekitar tahun itu. Bagaimanapun dalam satu kali peristiwa, letusan Krakatau tidak terjadi hanya sekali. Hal itu sudah menjadi tabiat alam seperti halnya letusan Krakatau pada tahun 1883 yang telah digambarkan maupun kejadian letusan gunung-gunung lain. Demikian pula kejadian yang paling dahsyat, Gunung Toba meletus dalam 4 kali letusan besar dengan periode letusan lebih panjang.

Ketika terjadi Banjir Semesta, menurut khasanah Islam, Nabi Nuh berusia 600 tahun.Nabi Nuh as berusia 950 tahun, sehingga pasca kejadian super hebat itu Nabi Nuh masih mengikuti perkembangan jaman selama 350 tahun.Setelah Bahteranya dikisahkan mendarat di Gunung Ararat, Nabi Nuh membangun kota bersama 80 orang beriman, dan oleh karenanya kota itu bernama Themanon. Belakangan kota itu disebut Suq Thamanin dan setelah berkembang Nabi Nuh bersama pengikutnya memindahkan kotanya ke Babylonia.

Belum diperoleh keterangan bagaimana kejadian yang dialami dengan adanya musibah besar itu; dari mana datangnya gelombang pertama kali, dari mana dan kemana arah Bahtera besar itu terseret sehingga terdampar di Gunung Ararat. Keterangan yang diperoleh masih sangat terbatas; Nabi Nuh terapung selama 40 hari, terseret sejauh 520 kilometer dari wilayah Irak ke arah Turki. Keterangan ini perlu digali lebih jauh dan mungkin diperlukan validasi dengan mengambil korelasi data dari lain sumber.

Yang pasti musibah besar itu terjadi 11.600 tahun lalu. Sementara menurut sumber dogmatik Yahudi Kristen dan Islam menyebut, Nabi Nuh adalah generasi ke sembilan Nabi Adam, atau sebagai generasi ke 10 sejak Nabi Adam generasi pertama. Nuh adalah putra Lamekh dan cucu Henokh atau Nabi Idris.Ada yang mengatakan bahwa jarak Nabi Nuh dengan Nabi Adam adalah 1642 tahun.Sumber biblikal menyebut Nuh lahir 1.056 tahun setelah Nabi Adam, dan lahir setelah Lamekh orang tuanya berusia 182 tahun.Sumber Quranik menyebut Nuh lahir setelah 126 tahun wafatnya Nabi Adam, tapi adapula yang menyebut 140 tahun.

Dari sumber dogmatik Wikipedia dapat diambilkan daftar usia sejak dimulai dari Nabi Adam: Nabi Adam, 930 tahun; Nabi Sis, 912 tahun; Anwas, 371 tahun; Qinan, 910 tahun; Mahlael, 895 tahun; Nabi Nuh, 950 tahun; Metusalah, 969 tahun; Yared, 962 tahun; Nabi Idris, 365 tahun; Lamekh, 777 tahun. Dari turunan usia ini dapat diperkirakan jarak masa Nabi Adam hingga Nabi Nuh, generasi ke 10, sekitar 7.000-an atau 5.000-an tahun.

Angka diatas hanyalah bersifat asumsi, bersifat tidak pasti.Akan tetapi dapat diperkirakan masa Nabi Adam berkisar (roughly) sekitar 17.000 tahun lalu. Dengan kata lain masa Nabi Nuh berkisar 10.000 SM dan Nabi Adam berkisar 15.000 SM. Meskipun angka ini angka perkiraan, diharapkan mengandung sense akurasi. Dan lebih jauh bisa ditinjau setelah bab bab berikutnya sajian tulisan ini dengan mengaitkan berbagai faktor.

Yang pertama perlu menguji dengan, apakah di masa Nabi Nuh telah lahir agama Hindhu.Perdaban Mesir dengan dinasti Fir’aun belangsung sejak 8.000 SM atau 10.000 tahun lalu terlalu dekat dengan masa Nabi Nuh.Dan bila tidak, periode Fir’aun yang mana yang bertemu dengan Nabi Musa.Bagaimana dengan masa Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Sulaiman.Kemudian mengaitkan dengan kejadian kejadian yang berkaitan dengan keberadaan para Nabi lainnya menurut tinjauan ilmiah atau dengan bukti bukti.

Dikaitkan dengan periode Atlantis, Atlantis disebutkan berlangsung sekitar 3.000-5.000 tahun.Angka moderat sebuah peradaban mencapai puncak seperti Atlantis yang dilukiskan spektakuler, bisa diambil angka 3.000 tahun atau sekitar 15.000 tahun lalu. Angka itu sepertinya bertepatan dengan masa Nabi Adam, mungkinkah ?
Sementara antara berakhirnya Atlantis 11.600 tahun lalu dengan periode awal dinasti Raja Raja Mesir 10.000 tahun lalu, nampak cukup serasi. Artinya begitu Atlantis berakhir 11.600 tahun lalu, orang Atlantis yang mengungsi ke wilayah Mesir segera bangkit kembali membangun peradaban tiruan pada 10.000 tahun lalu seperti peradaban Atlantis yang pernah mereka alami. Ω
... oo۞oo ...


Sumber:
www.xa.yimg.com

No comments:

Post a Comment