Tuesday, May 12, 2015

BEBERAPA TEORI MENGENAI MIGRASI AUSTRONESIA

BEBERAPA TEORI MENGENAI MIGRASI AUSTRONESIA

Istilah Austronesia secara etimologi berasal dari dua akar kata dalam bahasa Latin dan Yunani. Kata austrālis berasal dari bahasa Latin berarti arah selatan kemudian mendapat tambahan kata nêsos (bahasa Yunani) yang berarti pulau.Dalam konteksnya dengan sejarah dan antro-arkeologi, Austronesia pada umumnya dihubungkan dengan homeland atau tanah air dari bangsa-bangsa penutur bahasa rumpun Austronesia yang meliputi Malaysia, Filipina, Indonesia, Maori, Fiji, Malagasi, dan Hawaii (en.wikipedia.org).           
Kajian ilmiah mengenai Austronesia baik dalam konteks persebaran budaya maupun bahasa telah banyak diteliti dan dipublikasikan sejak beberapa dekade yang lalu. Sebagai produk dari penelitian dan kajian mengenai Austronesia ini kemudian timbul sejumlah teori yang secara umum datang dari kalangan arkeolog, antropolog, biolog dan ahli linguistik. Salah satu teori yang paling dominan dan menyedot perhatian banyak orang adalah teori mengenai migrasi dan ekspansi Austronesia.
            Beberapa teori yang berkaitan dengan persebaran Austronesia antara lain : Out of Taiwan (Bellwood-Blust), Sundaland Theory/ The Eden in the East Concept(Oppenheimer), The Express Train to Polynesia (Diamond), The Taiwan Homeland Concept (Reed), Island Southeast Asia Origin (Solheim) dan lain-lain.Teori-teori tersebut dalam beberapa hal ada yang saling mendukung misalnya saja teori Out of Taiwan didukung teori The Taiwan Homeland Concept
            Bangsa Austronesia menurut teori Out of Taiwan berasal dari wilayah pantai Cina Selatan (sekarang Vietnam Utara) dan Taiwan yang kemudian bermigrasi ke wilayah kepulauan Indonesia dan Pasifik sekitar 5000 tahun yang lalu. Mereka menyebar dengan mengadakan perjalanan laut menggunakan perahu sampan maupun perahu layar pertama-tama menuju Filipina dan kemudian terpisah dalam dua kelompok. Kelompok pertama berlayar ke arah barat daya dan mencapai Pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa dan wilayah-wilayah Malaysia sekarang. Para migran dari kelompok pertama ini kemudian diduga merupakan nenek moyang orang Malaysia dan penduduk kepulauan Indonesia barat. Adapun kelompok kedua berlayar ke arah tenggara menuju kepulauan Halmahera dan Bismarck. Dari Biscmark kemudian para migran ini melanjutkan perjalanannya ke arah kepulauan Pasifik menuju Pulau Solomon, Vanuatu, Kaledonia, Fiji dan wilayah-wilayah kepulauan di sebelah timur hingga akhirnya menetap di wilayah Polinesia (Muller dalam Soeroto, 2010: 34).
            Migrasi dan ekspansi kelompok Austronesia diduga terjadi setidaknya karena dua alasan. Pertama karena tekanan demografik dan kedua karena alasan penyelarasan sosio-kultural. Masyarakat Austronesia merupakan masyarakat yang cukup demokratis, namun juga mengakui adanya status-status sosial para anggota-anggotanya. Anggota-anggota yang merupakan keturunan dari pendiri kelompok dianggap memiliki status lebih tinggi sehingga bagi sebagian anggota kelompok yang menghendaki adanya perubahan status menjadi lebih tinggi cara yang paling mungkin adalah dengan jalan bermigrasi dan mendirikan kelompok-kelompok baru. Hal ini didukung dengan beberapa kasus di Kepulauan Pasifik jauh dimana mereka mencari kesempatan menetap di daerah baru untuk mendapat kedudukan yang lebih tinggi sebagai pendiri kelompok kekerabatan baru (Bellwood, 1995).
            Para migran Austronesia ini kemudian  membawa teknik-teknik domestikasi tumbuhan maupun hewan khususnya sebagai sumber pangan, teknologi peralatan dan organisasi sosial yang telah dikenalnya ke wilayah-wilayah migrasi mereka. Tanaman  yang sudah didomestikasi oleh orang-orang Austronesia antara lain padi, jagung dan jewawut. Dari kelompok hewan mereka mendomestikasi pula ayam, anjing dan babi. Dari segi teknologi peralatan mereka membawa kebudayaan kapak beliung, tembikar dan teknik pembuatan perahu berpenyimpang. Bahkan mereka pulalah yang diduga membawa kebudayaan megalitik sebagai tradisi religi penyembahan terhadap leluhur (Soeroto, 2010: 35).
Teori Out of Taiwan ini juga mendapat dukungan dari teori-teori para ahli yang lain misalnya saja Diamond dengan teorinya Express Train to Polynesia (ETP), menyatakan bahwa persebaran dari Taiwan via Filipina menuju Asia Tenggara Kepulauan, Melanesia Kepulauan, Micronesia hingga Polynesia, berlangsung dengan sangat cepat selama beberapa milenium. Sebelum itu, Taiwan dikoloni oleh sekelompok populasi petani dari daratan Cina Selatan via Pulau Peng Hu (Pascadores) pada sekitar 6.000 BP akibat tekanan demografi (Noerwidi : tt).
Senada dengan Diamond, dari segi linguistik , Robert Blust juga mendukung teoriOut of Taiwan Belwood. Blust (1984), mengemukakan bahwa setelah kelompok migran pertama tiba di utara Kalimantan pada 2000 SM tepatnya di pesisir barat Sabah terdapat sebuah bahasa yang disebut Proto Northwest Borneo. Beberapa abad kemudian, bahasa ini terpecah menjadi dua kelompok. Salah satunya tinggal di Borneo bagian utara,  yang kemudian memberi pengaruh pada bahasa penduduk asli Sabah saat ini. Selain itu, sebagian penuturnya pindah ke hilir Sungai Baram, dan memberikan pengaruh pada bahasa Bintulu, Kenyah dan Kelabit. Tahap selanjutnya pada abad ketiga atau empat Sebelum Masehi, terjadi perpindahan besar-besaran dari baratdaya Borneo menuju Sumatra timur dan Semenanjung Malaya, hingga pesisir Asia Tenggara Daratan sampai daerah Teluk Tonkin. Bahasa-bahasa di kawasan ini dapat dibedakan menjadi bahasa dialek utara yang meliputi bahasa Cham dan Aceh, serta bahasa dialek selatan yang disebut Malayic Complexyang beranggotakan seluruh dialek bahasa Melayu, Minangkabau-Kerinci, Iban, Dayak Melayu, Madura, Sunda dan Lampung. Selain itu, Reid memperkirakan bahwa bahasa di Filipina Tengah nampaknya telah memberikan kontribusi bagi proses terbentuknya bahasa-bahasa Malayo-Jawa. Kemudian Nothofer memberikan terminologi kelompok bahasa-bahasa Malayo-Chamic, Jawa-Bali-Sasak, dan Barito sebagai bahasa Hesperonesia (Tryon, 1995). Dalam kelompok bahasa ini, juga termasuk di dalamya bahasa Moken di kepulauan Mergui di pesisir bagian barat Thailand dan Birma, serta bahasa Madagaskar di lepas pantai timur Afrika (Blust dalam Noerhadi, tt). Adapun migran kedua yang berlayar ke arah timur melahirkan bahasa-bahasa rumpun Oceania yang persebarannya dimulai dari Teluk Sarera di Papua hingga wilayah-wilayah di kepulauan Pasifik jauh. Namun beberapa bahasa seperti bahasa Palauan, Komoro dan Yapese di pedalaman Papua serta bahasa Formosa menunjukan karakter yang agak berbeda dengan bahasa Austronesia Oceania pada umumnya dan diduga disebabkan karena kolonisasi migran Austronesia di beberapa tempat terhenti hanya sampai di daerah pesisir (Blust, 1984: 218, Soeroto, 2010: 33).
Terlepas dari fakta dan teori yang mendukungnya teori Out of Taiwanmemiliki beberapa kelemahan antara lain tidak menjelaskan mengapa kebanyakan tumbuhan dan hewan yang didomestikasi di Hawaii, Samoa, Tahiti dan Tonga tidak didatangkan dari Taiwan melainkan dari wilayah Malaysia dan Indonesia bagian barat, mengapa orang-orang Aetas menggunakan rumpun bahasa Austronesia padahal berdasarkan penelusuran genetik mereka bukanlah orang Austronesia dan tidak pernah terjadi perkawinan dengan orang Austronesia dan lain sebagainya.
            Disamping teori Out of Taiwan, teori yang juga mencoba menjelaskan migrasi orang-orang Austronesia adalah Teori Sundaland/Eden of the East. Teori ini dikemukakan oleh Stephen Oppenheimer dan Marthin Richard yang merupakan seorang dokter dan ahli biologi. Oppenheimer berpendapat bahwa tanah leluhur Austronesia terutama nenek moyang orang-orang Austronesia yang sekarang menghuni kepulauan Polinesia berada di wilayah barat garis Wallacea atau mungkin pula berada di wilayah Wallacea tersebut. Teori migrasi versi ini menggunakan data-data genetika yang diperoleh dengan membandingkan morfologi kranial, analisis gen globin dan DNA-mitokondrial dari penduduk-penduduk Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia dan kepulauan Polinesia. Berdasarkan penelitian biologi molekular ternyata terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan antara data-data genetika masyarakat Asia Tenggara daratan dengan masyarakat kepulauan Indonesia dan Polinesia. Data genetika penduduk Asia Tenggara daratan terutama Yunan yang diduga merupakan tempat asal penduduk Austronesia versi Teori Out of Taiwan jauh berbeda dengan data genetika masyarakat Indonesia dan Polinesia. Adapun data genetika penduduk Indonesia indeks biasnya tidak terlalu jauh dengan penduduk Polinesia. Bahkan dari data genetika berupa DNA-mitokondria, penduduk Polinesia diduga berasal dari wilayah Indonesia dalam hal ini paparan Sunda yang kemudian bermigrasi ke timur sehingga secara perlahan mengalami mutasi gen. Teori Oppenheimer ini kemudian banyak dihubungkan dengan fenomena geologis dimana sekitar 8000 tahun yang lalu paparan Sunda merupakan satu kesatuan dengan benua Asia yang kemudian terpisah akibat pencairan es pada akhir zaman es. Pada masa inilah nenek moyang Austronesia kemudian bermigrasi dari tanah asalnya ke wilayah-wilayah timur di paparan Sahul bahkan hingga ke kepulauan Pasifik sehingga menurut beberapa ahli antropologi folklore hal inilah yang menyebabkan banyaknya dongeng tentang adanya bencana air bah pada masyarakat kepulauan Indonesia dan Polinesia dan juga dongeng tentang kedatangan nenek moyang mereka dari arah selatan.
            Demikian beberapa teori mengenai persebaran Austronesia yang dikemukakan beberapa ahli. Teori-teori ini terlepas dari berbagai sudut pandangnya masih menimbulkan pro kontra di dalam ranah ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukan bahwa teori-teori ini tidaklah seratus persen benar dan akan senantiasa berubah sesuai dengan fakta dan hasil penelitian baru yang terus berkembang.

***

KEPUSTAKAAN
1.     Buku dan Jurnal
Bellwood, Peter., Fox dan Darrel Tryon. 1995. The Austronesian: Historical and                                                                                                                                                 Comparative Perspectives. Canberra: Australian National University Press
Blench, Roger. 2010. Remapping The Austronesian Expansion. Makalah dalam 13thInternational Conference of the European Association of Southeast Asian Archaeologist
Blust, Robert. 1984. ’’Austronesian Culture History: Some Linguistic Inferences and their Relations to the Archaeological Records’’ dalam Pieter Van De Velde (ed)Prehistoric Indonesia: A Reader. Dordrecht: Foris Publication, hal.217-241
Geldern, Robert Heine. 1984.’’Ancient Homeland and Early Wanderings of the Austronesian’’ dalam Pieter Van De Velde (ed) Prehistoric Indonesia: A Reader. Dordrecht: Foris Publication, hal.29-31
Mijares, Arman Salvador B. tt. ‘’The Early Austronesian Migration to Luzon: Perspectives from the Penablanca Cave Sites’’ dalam Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association. Canberra: Indo-Pacific Prehistory Association, hal. 72-78
Noerwidi, Sofwan. Tt. Strategi Adaptasi Austronesia di Kepulauan Indonesia. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta
Noerwidi, Sofwan. tt. Distribusi Spasial Situs-Situs Neolitik di Sekitar Daerah Aliran Sungai Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta
Shutler, Richard Jr. tt.’’The Relationship of Red-Slipped  and Lime-Impressed Pottery of the Southern Philippines to that of Micronesia and the Lapita of Oceania’’ dalam Le Pacifique de 5000 è 2000 Avant Le Présent. Artikel Lepas dalamhttp://horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins...7/.../010020769.pdf,
Specht, Jim dan Chris Gosden. 1997.’’Dating Lapita Pottery in the Biscmark Archipelago, Papua New Guinea’’ dalam Asian Perspectives Vol. 36, No. 2. Honolulu: University of Hawaii, hal. 175-199
Solheim, Wilhelm G. 1984. ‘’Reflection on the New Data of Southheast Asian Prehistory: Austronesian Origin and Consequences’’ dalam Pieter Van De Velde (ed) Prehistoric Indonesia: A Reader. Dordrecht: Foris Publication, hal. 34-48
Suroto, Hari. 2010. Prasejarah Papua. Denpasar: Udayana University Press

2.     Internet
http://en.wikipedia.org/wiki/Austronesia, diunduh tanggal 24 April 2013 (11: 20 WITA)
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Austronesia, diunduh tanggal 24 April 2013 (11: 14 WITA)
http://en.wikipedia.org/wiki/Austronesian_peoples, , diunduh tanggal 24 April 2013 (11: 30 WITA)


Sumber:
http://darihatimahasiswa.blogspot.com/2013/05/beberapa-teori-mengenai-migrasi.html

No comments:

Post a Comment