Monday, 23 March 2015
ORANG
MANGGARAI: ASAL-USULNYA - bagian pertama
Pendahuluan
Orang-orang Flores bukan merupakan satu
suku dengan latar belakang yang sama. Demi mudahnya, ketika merantau mereka
memperkenalkan diri sebagai orang Flores karena memang mereka berasal dari
Flores.
Sebetulnya pulau Flores didiami oleh
beberapa suku, di antaranya Manggarai, Ngadha, Nage Keo, Ende-Lio, Sika,
Larantuka dan Lamaholot. Bila ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, orang
Flores terdiri dari beberapa
etnis, yaitu: etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai,
Wanita Lamaholot di Flores
Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen), etnis
Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage,
Keo, Palue, Ende dan Lio), etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang
dan Muhang), etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat,
Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah) dan etnis Kedang (yang digunakan di
wilayah Pulau Lembata bagian selatan).
Wanita Manggarai di Flores
Kami akan mendeskripsikan suku-suku
“asli” yang mendiami Flores itu satu-satu persatu. Mudah-mudahan dapat membantu
pembaca yang terhormat untuk memahami budaya Flores secara lebih mendalam. Kami
akan memulai dari Flores bagian barat.
MANGGARAI – SUKU TERBESAR FLORES
Asal-usul Manggarai
Flores barat didiami oleh orang
Manggarai. Paling tidak ada dua versi tentang penamaan Manggarai. Versi pertama mengatakan bahwa Manggarai merupakan
gabungan dua kata dalam bahasa Gowa- Sulawesi Selatan, yaitu manggar, artinya sauh atau jangkar dan rai,
artinya putus. Jadi
Manggarai artinya sauh atau jangkar putus. Kisahnya
demikian; menurut ceritera rakyat setempat, orang-orang Gowa berlayar ke arah
selatan dan menemukan sebuah daerah yang berhutan lebat dan sangat subur.
Mereka berencana mendarati daerah itu. Namun karena hujan badai yang besar,
jangkar perahu mereka putus sehingga dengan
segenap kekuatan, mereka berusaha menyelamatkan diri kembali ke laut lepas dan kembali ke
Gowa. Kedatangan kembali mereka disambut dengan sukacita oleh sanak keluarga.
Mereka mengatakan bahwa telah menemukan sebuah daerah yang subur dan berhutan
lebat di selatan tetapi tidak bisa mendarat karena hujan badai yang besar yang
membuat sauh mereka putus. Demi mudahnya, daerah di mana sauh mereka putus itu
selanjutnya dinamakan Manggar-Rai.
Kelak daerah yang subur itu
didatangi kembali dan nama itu pulalah yang kemudian dipakai untuk menunjuk
daerah yang subur dan berhutan lebat itu. Selanjutnya, nama itu dipakai
seterusnya dan menyebar ke
mana-mana, baik ke Bima di Sumbawa, ke Solor di Flores Timur dan kemana-mana
saja sepanjang pantai Flores. Lalu nama Manggar-rai itu kemudian diucapkan
menjadi satu kata saja yaitu Manggarai seperti yang dikenal dewasa ini.
Versi kedua mengatakan
bahwa Manggarai merupakan gabungan kata Manggar dan Rai. Versi ini mengatakan bahwa
kata manggar diambil dari nama batu yang dibawa oleh Empo Masur seorang keturunan raja ( Raja Luwu )
dan merupakan cikal bakal orang Todo-Pongkor dari Sumatera Barat yang artinya watu jangkar yang biasanya digunakan untuk menahan
Wangka (Perahu) ketika berlabuh. Sedangkan kata watu rai berarti batu asah yang digunakan untuk mengasah parang,
tombak dan benda-benda tajam lainnya. Kedua batu ini merupakan dasar pemberian
nama Manggarai.
Ada
banyak versi yang berkembang di Manggarai tentang asal-usul mereka. Ada yang
mengatakan bahwa mereka adalah keturunan
Sumba, Bima, Bugis Luwu, Melayu Malaka atau Minangkabau.
Orang
Cibal - lihat songketnya berbeda dengan Orang Todo
|
Versi yang mengatakan orang Manggarai
berasal Minangkabau berkembang di wilayah Todo-Pongkor.
Para tetua Todo-Pongkor mengatakan bahwa leluhur mereka bernama Masur, salah
seorang keturunan Raja Luwu. Kemungkinan Masur adalah seseorang yang diberi
kepercayaan untuk memimpin pasukan kesultanan Goa memasuki daerah Flores barat
tahun 1666. Pasukan Goa ini memasuki wilayah barat Flores dari Warloka di Pulau
Komodo lalu memasuki pantai selatan Flores, tepatnya dari daerah Iteng –
Satarmese sekarang. Dari situ mereka bergerak ke arah pedalaman dan sampai ke
daerah Todo-Pongkor. Todo-Pongkor lantas dijadikan pusat kekuasaan baru. Pada
mulanya kesultanan Goa itu ( di bawah perwakilan Masur ) hanya menguasai Flores
Barat bagian selatan tetapi tidak lama berselang mereka menguasai hampir
seluruh daerah yang saat ini disebut Manggarai Raya itu.
Topi
Manggarai - mirip kopiah: salah satu pengaruh Goa - Makasar
|
Pengaruh kesultanan Goa atas wilayah
ini sangat besar. Selain harus menyetorkan upeti atau pajak ke kesultanan Goa
yang diambil dari penduduk asli, Masur juga menikahi perempuan penduduk asli. Itulah mengapa orang Todo-Pongkor saat
ini mengatakan bahwa mereka berasal dari Minangkabau.
Bila dilihat dari sisi historis,
pengakuan itu tidak seluruhya benar dan juga tidak seluruhnya salah. Paling
tidak ada dua alasan.
Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, adalah apa yang dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia mengatakan asal-usul orang Manggarai bukan dari Minangkabau. Karena belum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang Minangkabau pernah datang dan menetap di daerah Flores barat tersebut. Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu daerah dan menetap daerah itu karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Pertanyaannya, untuk apa mereka datang ke Manggarai yang saat itu belum menunjukan keuntungan ekonomis bagi mereka?
Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, adalah apa yang dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia mengatakan asal-usul orang Manggarai bukan dari Minangkabau. Karena belum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang Minangkabau pernah datang dan menetap di daerah Flores barat tersebut. Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu daerah dan menetap daerah itu karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Pertanyaannya, untuk apa mereka datang ke Manggarai yang saat itu belum menunjukan keuntungan ekonomis bagi mereka?
Karena
kedua alasan itu, mungkin lebih tepat dikatakan bahwa orang Manggarai, terutama
Todo-Pongkor, merupakan hasil perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang
dari Minangkabau yang memasuki Flores Barat lewat penetrasi kekuasaan
kesultanan Goa dari Sulawesi Selatan.
Secara
geografis, Flores Barat ( Manggarai ) sangat dekat dengan P. Sumba
|
Hipotesa ini membawa kita pada versi
yang lain. Versi ini mengatakan bahwa orang Manggarai berasal dari Sumba. Nenek
moyang orang Manggarai meninggalkan Sumba dengan perahu dan berlayar ke arah
utara dan menemukan sebuah daratan yang berhutan lebat dan subur. Mereka
mendarat di dataran rendah yang luas dan subur. Mereka tinggal di daerah
itu, lalu sebagian dari antara mereka berpindah secara nomaden memasuki
pedalaman, menuju ke arah timur laut. Pada suatu mereka tiba di daerah yang
saat ini bernama Mano. Dari itu sebagian lagi bergerak ke arah barat dan
akhirnya tiba di daerah yang sekarang bernama Ruteng.
Pinisi,
kapal orang Goa mengarungi lautan hingga ke mana saja
|
Versi lain lagi mengatakan bahwa
nenek moyang orang Manggarai, terutama orang Cibal berasal dari Makasar. Versi
ini mengatakan bahwa orang-orang Makasar di utara Floress Barat dan bergerak
menuju pedalaman dan tiba di daerah Cibal lalu mendirikan kerajaan di daerah
itu. Mereka inilah yang merupakan nenek moyang orang Cibal. Pendukung versi ini
melihat kesamaan kata-kata bahasa Manggarai dengan bahasa Makasar serta bentuk
rumah panggung ( mbaru ngaung ) selain kain sarung berupa songke (lipa songke, towe songke) sebagai
alasan.
Namun ada catatan yang harus
dikemamukakan di sini. Adanya kesamaan kata-kata itu tidak berkorelasi langsung
dengan kesamaan suku. Karena ada juga kata-kata yang sama yang ditemukan di
suku lain, misalnya suku Ngada di sebelah timur Manggarai.
Bugis
|
Goa/Makasar
|
Manggarai
|
Ngada
|
Indonesia
|
manuk
|
-
|
manuk
|
manu
|
ayam
|
lipa
|
Lipa
|
lipa/towe
|
lipa
|
kain sarung
|
-
|
Nyarang
|
Jarang
|
jara
|
kuda
|
Jadi, pendukung versi manapun
belum bisa mengungkapkan fakta-fakta yang meyakinkan terkait asal-usul nenek
moyang orang Manggarai.
Ada juga versi yang mengatakan bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari Melayu-Malaka. Hingga kini belum ada fakta yang mendukung pandangan ini. Bagi saya, mungkin versi inilah yang paling mendekati kebenaran. Saya mengatakan hal ini berdasarkan Teori Penyebaran Manusia Modern seperti yang bisa pembaca lihat dalam Teori Out of Afirica dalam tulisan ini.
Katakanlah kalau semua versi yang
beredar itu memang benar,
itu semakin menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada satu suku Manggarai yang
murni. Yang ada adalah kelompok-kelompok pendatang yang menempati wilayah
tertentu yang dalam waktu relatif panjang mengembangkan adat-istiadat dan pusat
kekuasaan sendiri-sendiri serta saling
berinteraksi dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan realitas
orang-orang Manggarai seperti yang dikenal dewasa ini.
Dalam beberapa wawacara yang dilakukan antropolog Maribert Erb dengan beberapa tetua Manggarai
tentang asal-usul mereka sering didapati
jawaban berupa dongeng atau bahasa kiasan.
Satu diantaranya adalah cerita bahwa orang Manggarai
berasal dari bambu. Menurut Maribert Erb, jawaban ini
hanya mengungkapkan bahwa mereka sudah
lama menetap di daerah tersebut sehingga mereka pun tidak tahu dari mana mereka
berasal. Selanjutnya ia mengatakan bahwa keaslian orang
Manggarai adalah suatu mitos. Semakin
kita bertanya tentang keaslian maka kita tidak akan pernah menenukan jawabannya.
Suatu keaslian selalu disertakan
dengan pertanyaan tentang keasilannya.
Peta
migrasi manusia modern menurut teori Out of Africa
|
Asal-usul orang Manggarai
mungkin akan lebih jelas bila kita menggunakan parameter Teori Out of Africa. Teori Out of Africa ini mengatakan bahwa seluruh ras
manusia modern berasal dari Africa.
Dalam
dunia akademis, teori ini lebih diterima dari pada Teori Multiregional (Kontinuitas Regional). Sebuah teori
lain yang mengatakan bahwa
ras-ras manusia modern dewasa ini merupakan hasil evolusi manusia purba yang
terjadi secara independen
atau sendiri-sendiri di banyak wilayah di bumi ini. Teori ini tidak tahan uji
karena tidak mampu menjawab masalah adanya missinglink antara manusia purba
dengan manusia modern.
Teori Out of Africa mendasarkan diri atas
penelusuran genetik populasi manusia dengan menggunakan biologi molekuler.
Dipastikan bahwa seluruh
ras manusia merupakan hasil evolusi manusia modern benua Afrika (Homo
sapiens) dan tidak mendapatkan turunan genetic dari hominid-hominid pendahulunya
seperti hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia baik yang fosilnya
ditemukan di Peking maupun di Jawa.
Dr.
Alice Robert - salah satu pendukung Teori Out of Africa
|
Dalam bukunya, The
Incredible Human Journey, Dr.
Alice Roberts menelusuri sejarah migrasi
manusia berdasarkan penemuan-penemuan tulang belulang homo sapiens dan
merangkainya dalam teori perjalanan manusia yang dimulai dari Afrika pada
150.000 tahun yang lalu. Dari penemuan-penemuan itu, Roberts dan para ahli
lainnya membangun teori bahwa seluruh manusia apapun rasnya berasal dari Afrika
dan menyebar keseluruh penjuru dunia. Teori itu dibangun lewat jejak DNA dari
berbagai ras manusia di dunia dan metode menghubungkan iklim dunia pada saat
itu dengan proses migrasi manusia.
Dr Roberts memperkirakan bahwa
ini terjadi pada 70.000 tahun yang lalu, ketika iklim bumi berubah, dan gurun
Sahara menghijau hanya beberapa ratus tahun lamanya. Kesempatan ini
memungkinkan sekelompok manusia melintasi Afrika dan menyeberang ke jazirah
Arab sebelah selatan.Dari sana kelompok itu memecahkan diri. Ada yang menuju ke
timur dan ada yang menuju ke barat.
Kelompok yang menuju ke timur,
mencapai Anak Benua India melalui Timur Tengah dan mencapai Oseania melalui
Indonesia . Diperkirakan 50 sampai 60 ribu tahun lalu mereka telah sampai di
Australia lebih dahulu sebelum menyebar di wilayah Asia lainnya.
Paparan
Sunda dan Sahul yang memungkinkan migrasi fauna & manusia
|
Pada Jaman Es, ketika permukaan
air laut lebih rendah, Indocina , Indonesia bagian barat dan sebagian kecil
Filipina menyatu membentuk Paparan Sunda yang dianggap sebagai cikal bakal
negara-negara Asia saat ini. Australia dan Pulau Papua ( New Guinea ) juga
bergabung membentuk Paparan Sahul yang dipisahkan dari Paparan Sunda oleh Selat
Sahul. Namun demikian beberapa kelompok manusia berhasil menyeberanginya dan
mencapai pulau-pulau di Oseania.
Sementara itu beberapa kelompok
manusia juga meninggalkan Afrika menuju Eropa melalui bagian utara Laut Merah,
Asia Tengah dan Timur Jauh, tapi lebih banyak yang menuju timur ke arah Paparan
Sunda karena tertarik dengan iklim yang lebih bersahabat dan alam yang
subur.
Teori Out of Africa bisa
membantu kita membangun sebuah hipotesa baru bahwa asal-usul Orang Manggarai
Garis
Wallace & Weber, pemisah sebaran fauna Indonesia
|
tidak bisa dipisahkan dari
suku-suku lain di Flores. Mereka merupakan bagian dari manusia modern yang
melakukan migrasi ke Oceania hingga Autralia seperti yang dikatakan Dr. Alice
Robert di atas.
Hipotesa ini diperkuat oleh
beberapa kemiripan fisik dan bahasa antar suku-suku di Flores seperti telah
dikemukakan di atas, terkait adanya kesamaan suku kata antara Goa-Bugis,
Manggarai dan Ngada.
Selanjutnya berbedaan-perbedaan
lainnya muncul karena kenyataan historis lainnya. Tidak ada suku lain di Flores
yang telah membangun interaksi yang intensif dengan orang-orang luar seperti
orang Manggarai. Interaksi yang intensif antar orang-orang yang mendiami
wilayah Manggarai dengan suku-suku yang datang kemudian yang akhirnya
melahirkan versi-versi keaslian orang Manggarai seperti sudah diungkapkan
sebelumnya.
Dalam konteks ini, Manggarai
adalah suku yang paling unik di seluruh Indonesia. Bisa jadi Manggarai adalah
semacam "garis Wallace" dan "garis weber" dalam
konteks penyebaran ras dan suku manusia di Indonesia.
Dari berbagai sumber.
Dari berbagai sumber.
-
See more at:
http://www.wisataflores.com/2015/03/orang-manggarai-bagian-pertama.html#sthash.MzPbN3G1.dpuf
No comments:
Post a Comment