Thursday, April 16, 2015

ORANG MANGGARAI: ASAL-USULNYA - bagian pertama

Monday, 23 March 2015

ORANG MANGGARAI: ASAL-USULNYA - bagian pertama


Pendahuluan

Orang-orang Flores bukan merupakan satu suku dengan latar belakang yang sama. Demi mudahnya, ketika merantau mereka memperkenalkan diri sebagai orang Flores karena memang mereka berasal dari Flores. 

Sebetulnya pulau Flores didiami oleh beberapa suku, di antaranya Manggarai, Ngadha, Nage Keo, Ende-Lio, Sika, Larantuka dan Lamaholot. Bila ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, orang Flores terdiri dari beberapa etnis, yaitu: etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai,

Wanita Lamaholot di Flores

Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen), etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio), etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang), etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah) dan etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan). 
Wanita Manggarai di Flores

Kami akan mendeskripsikan suku-suku “asli” yang mendiami Flores itu satu-satu persatu. Mudah-mudahan dapat membantu pembaca yang terhormat untuk memahami budaya Flores secara lebih mendalam. Kami akan memulai dari Flores bagian barat. 

MANGGARAI – SUKU TERBESAR FLORES
Asal-usul Manggarai

Flores barat didiami oleh orang Manggarai. Paling tidak ada dua versi tentang penamaan Manggarai. Versi pertama mengatakan bahwa Manggarai merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Gowa- Sulawesi Selatan, yaitu manggar, artinya sauh atau jangkar dan rai, artinya putus. Jadi Manggarai artinya sauh atau jangkar putus.  Kisahnya demikian; menurut ceritera rakyat setempat, orang-orang Gowa berlayar ke arah selatan dan menemukan sebuah daerah yang berhutan lebat dan sangat subur. Mereka berencana mendarati daerah itu. Namun karena hujan badai yang besar, jangkar perahu mereka putus sehingga dengan segenap kekuatan, mereka berusaha menyelamatkan diri kembali  ke laut lepas dan kembali ke Gowa. Kedatangan kembali mereka disambut dengan sukacita oleh sanak keluarga. Mereka mengatakan bahwa telah menemukan sebuah daerah yang subur dan berhutan lebat di selatan tetapi tidak bisa mendarat karena hujan badai yang besar yang membuat sauh mereka putus. Demi mudahnya, daerah di mana sauh mereka putus itu selanjutnya dinamakan Manggar-Rai. 
Kelak daerah yang subur itu didatangi kembali dan nama itu pulalah yang kemudian dipakai untuk menunjuk daerah yang subur dan berhutan lebat itu. Selanjutnya, nama itu dipakai seterusnya dan  menyebar ke mana-mana, baik ke Bima di Sumbawa, ke Solor di Flores Timur dan kemana-mana saja sepanjang pantai Flores. Lalu nama Manggar-rai itu kemudian diucapkan menjadi satu kata saja yaitu Manggarai seperti yang dikenal dewasa ini.


Versi kedua mengatakan bahwa Manggarai merupakan gabungan kata Manggar dan  Rai. Versi ini mengatakan bahwa kata manggar diambil dari nama batu yang dibawa oleh Empo Masur seorang keturunan raja ( Raja Luwu ) dan merupakan cikal bakal orang Todo-Pongkor dari Sumatera Barat yang artinya watu jangkar yang biasanya digunakan untuk menahan Wangka (Perahu) ketika berlabuh. Sedangkan kata watu rai berarti batu asah yang digunakan untuk mengasah parang, tombak dan benda-benda tajam lainnya. Kedua batu ini merupakan dasar pemberian nama Manggarai. 
Ada banyak versi yang berkembang di Manggarai tentang asal-usul mereka. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Sumba, Bima, Bugis Luwu, Melayu Malaka atau Minangkabau. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV4f5IKtdO5qe0-COcJwQQt-wq7ibFdWbaL94PAi9WVO7hHkA9n5YwtfStUtTi1-I8OPNtxsfUxM0FGUN1ZLNEPACYzGKoxVFhNXpFS02qgsqni1Yq53PV2cPiVM1jQC4LfTfsA3CXqlDc/s1600/orang+cibal.jpg
Orang Cibal - lihat songketnya berbeda dengan Orang Todo
Versi yang mengatakan orang Manggarai berasal Minangkabau berkembang di wilayah Todo-Pongkor. Para tetua Todo-Pongkor mengatakan bahwa leluhur mereka bernama Masur, salah seorang keturunan Raja Luwu. Kemungkinan Masur adalah seseorang yang diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan kesultanan Goa memasuki daerah Flores barat tahun 1666. Pasukan Goa ini memasuki wilayah barat Flores dari Warloka di Pulau Komodo lalu memasuki  pantai selatan Flores, tepatnya dari daerah Iteng – Satarmese sekarang. Dari situ mereka bergerak ke arah pedalaman dan sampai ke daerah Todo-Pongkor. Todo-Pongkor lantas dijadikan pusat kekuasaan baru. Pada mulanya kesultanan Goa itu ( di bawah perwakilan Masur ) hanya menguasai Flores Barat bagian selatan tetapi tidak lama berselang mereka menguasai hampir seluruh daerah yang saat ini disebut Manggarai Raya itu. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBD8KhWQzn-UDD-l0nF-tYBNkHW4Wld-bXhEc5ZRsMzYD-lPAWC1TTY7Kh8Ont-AhiZ5cFha7VxScWXy_lWtqPwNtXfSYuNPdtEFVjbV5_O4Z8FrmzWVM_gHQvrZXD-UJi7nI_yZKxYue_/s1600/topi+manggarai.jpg
Topi Manggarai - mirip kopiah: salah satu pengaruh Goa - Makasar
Pengaruh kesultanan Goa atas wilayah ini sangat besar. Selain harus menyetorkan upeti atau pajak ke kesultanan Goa yang diambil dari penduduk asli, Masur juga  menikahi  perempuan penduduk asli.  Itulah mengapa orang Todo-Pongkor saat ini mengatakan bahwa mereka berasal dari Minangkabau. 
Bila dilihat dari sisi historis, pengakuan itu tidak seluruhya benar dan juga tidak seluruhnya salah. Paling tidak ada dua alasan.

Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, adalah apa yang dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia mengatakan  asal-usul orang Manggarai bukan dari Minangkabau. Karena b
elum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang Minangkabau pernah datang dan menetap di daerah Flores barat tersebut. Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu daerah dan menetap  daerah itu karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Pertanyaannya, untuk apa mereka datang ke Manggarai yang saat itu belum menunjukan keuntungan ekonomis bagi mereka?
Karena kedua alasan itu, mungkin lebih tepat dikatakan bahwa orang Manggarai, terutama Todo-Pongkor, merupakan hasil perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang dari Minangkabau yang memasuki Flores Barat lewat penetrasi kekuasaan kesultanan Goa dari Sulawesi Selatan. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjytvZXRXMk4bQ6xjV8Hn-OYwcezStAvY2rq5g5rlUVJwRR0SB3bWttdHGI8IzLSxPVqrrkhJgXqbsz1mZKZMTu0rxWApjZbZ5-CmE6Uwdi5Xosk6LYnoqNHLWI1ExFh7Qm9tSaymcouKjU/s1600/sumba+flores.jpg
Secara geografis, Flores Barat ( Manggarai ) sangat dekat dengan P. Sumba
Hipotesa ini membawa kita pada versi yang lain. Versi ini mengatakan bahwa orang Manggarai berasal dari Sumba. Nenek moyang orang Manggarai meninggalkan Sumba dengan perahu dan berlayar ke arah utara dan menemukan sebuah daratan yang berhutan lebat dan subur. Mereka mendarat di dataran rendah yang luas dan subur.  Mereka tinggal di daerah itu, lalu sebagian dari antara mereka berpindah secara nomaden memasuki pedalaman, menuju ke arah timur laut. Pada suatu mereka tiba di daerah yang saat ini bernama Mano. Dari itu sebagian lagi bergerak ke arah barat dan akhirnya tiba di daerah yang sekarang bernama Ruteng. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpj43rzBqV4egABpk0b-IK16Ydaxe2kt321VgE1PnO7ajJgPAQIFptCMSAYKwGN-nepSiGsluE6vIb1X7cbI3ETPW8qFRj6zH6rpxnFKePJliQVgQK54dVQwq4Vs9yVcUCYu0Sv9GmCBvk/s1600/pinisi+goa.jpg
Pinisi, kapal orang Goa mengarungi lautan hingga ke mana saja
Versi lain lagi mengatakan bahwa nenek moyang orang Manggarai, terutama orang Cibal berasal dari Makasar. Versi ini mengatakan bahwa orang-orang Makasar di utara Floress Barat dan bergerak menuju pedalaman dan tiba di daerah Cibal lalu mendirikan kerajaan di daerah itu. Mereka inilah yang merupakan nenek moyang orang Cibal. Pendukung versi ini melihat kesamaan kata-kata bahasa Manggarai dengan bahasa Makasar serta bentuk rumah panggung ( mbaru ngaung ) selain kain sarung berupa songke (lipa songke, towe songke) sebagai alasan.

Namun ada catatan yang harus dikemamukakan di sini. Adanya kesamaan kata-kata itu tidak berkorelasi langsung dengan kesamaan suku. Karena ada juga kata-kata yang sama yang ditemukan di suku lain, misalnya suku Ngada di sebelah timur Manggarai.

Bugis
Goa/Makasar
Manggarai
Ngada
Indonesia
manuk
-
manuk
manu
ayam
lipa
Lipa
lipa/towe
lipa
kain sarung
-
Nyarang
Jarang
jara
kuda
  
Jadi, pendukung versi manapun belum bisa mengungkapkan fakta-fakta yang meyakinkan terkait asal-usul nenek moyang orang Manggarai.

Ada juga versi yang mengatakan bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari Melayu-Malaka. Hingga kini belum ada fakta yang mendukung pandangan ini. Bagi saya, mungkin versi inilah yang paling mendekati kebenaran. Saya  mengatakan hal ini berdasarkan Teori Penyebaran Manusia Modern seperti yang bisa pembaca lihat dalam Teori Out of Afirica dalam tulisan ini.
Katakanlah kalau semua versi yang beredar itu memang  benar, itu semakin menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada satu suku Manggarai yang murni. Yang ada adalah kelompok-kelompok pendatang yang menempati wilayah tertentu yang dalam waktu relatif panjang mengembangkan adat-istiadat dan pusat kekuasaan sendiri-sendiri serta  saling berinteraksi dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan realitas orang-orang Manggarai seperti yang dikenal dewasa ini.
Dalam beberapa wawacara yang dilakukan antropolog Maribert Erb dengan beberapa tetua  Manggarai tentang asal-usul mereka sering didapati jawaban berupa dongeng atau bahasa kiasan. Satu diantaranya adalah cerita bahwa orang Manggarai berasal dari bambu. Menurut Maribert Erb, jawaban ini hanya mengungkapkan bahwa mereka sudah lama menetap di daerah tersebut sehingga mereka pun tidak tahu dari mana mereka berasal. Selanjutnya ia mengatakan bahwa keaslian orang Manggarai adalah suatu mitos. Semakin kita bertanya tentang keaslian maka kita tidak akan pernah menenukan jawabannya. Suatu keaslian selalu disertakan dengan pertanyaan tentang keasilannya. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1iCoknRkXDQJ_ejfFrRQLtR89g3CibWiUmGZb0HdJDLSB8-8mfujV8C89jYDTJZLFyzsxNNx_vfDeM0mxxzZ3__J67Dst7lUqIWYzQaVlUbWdmqZ7mqltzUTAR7qR_XA_CmrmkvJy2neb/s1600/out+of+africa.gif
Peta migrasi manusia modern menurut teori Out of Africa
Asal-usul orang Manggarai mungkin akan lebih jelas bila kita menggunakan parameter Teori Out of Africa. Teori Out of Africa ini mengatakan bahwa seluruh ras manusia modern berasal dari Africa.
Dalam dunia akademis, teori ini lebih diterima dari pada Teori Multiregional (Kontinuitas Regional). Sebuah teori lain yang  mengatakan bahwa ras-ras manusia modern dewasa ini merupakan hasil evolusi manusia purba yang terjadi secara  independen atau sendiri-sendiri di banyak wilayah di bumi ini. Teori ini tidak tahan uji karena tidak mampu menjawab masalah adanya missinglink antara manusia purba dengan manusia modern. 

Teori Out of Africa mendasarkan diri atas penelusuran genetik populasi manusia dengan menggunakan biologi molekuler. Dipastikan  bahwa seluruh ras manusia merupakan hasil evolusi manusia modern benua Afrika (Homo sapiens) dan tidak mendapatkan turunan genetic  dari hominid-hominid pendahulunya seperti hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia baik yang fosilnya ditemukan di Peking maupun di Jawa.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlpxhyfVzQLUNoL7JF46m_0jemwLOhaCWGIFEjG1qdqYkqYAVCSB102rR-VU-gi2_viwUQzt1yPDhsBUrCyb9N1t8zgLWPa510gKR7zNCZDdwa4mkwIu6bEjg4QywQxkQY1Q5eTOG2o_c4/s1600/alice+roberts.jpg
Dr. Alice Robert - salah satu pendukung Teori Out of Africa
Dalam bukunya, The Incredible Human Journey Dr. Alice Roberts menelusuri sejarah migrasi manusia berdasarkan penemuan-penemuan tulang belulang homo sapiens dan merangkainya dalam teori perjalanan manusia yang dimulai dari Afrika pada 150.000 tahun yang lalu. Dari penemuan-penemuan itu, Roberts dan para ahli lainnya membangun teori bahwa seluruh manusia apapun rasnya berasal dari Afrika dan menyebar keseluruh penjuru dunia. Teori itu dibangun lewat jejak DNA dari berbagai ras manusia di dunia dan metode menghubungkan iklim dunia pada saat itu dengan proses migrasi  manusia. 
Dr Roberts memperkirakan bahwa ini terjadi pada 70.000 tahun yang lalu, ketika iklim bumi berubah, dan gurun Sahara menghijau hanya beberapa ratus tahun lamanya. Kesempatan ini memungkinkan sekelompok manusia melintasi Afrika dan menyeberang ke jazirah Arab sebelah selatan.Dari sana kelompok itu memecahkan diri. Ada yang menuju ke timur dan ada yang menuju ke barat. 
Kelompok yang menuju ke timur, mencapai Anak Benua India melalui Timur Tengah dan mencapai Oseania melalui Indonesia . Diperkirakan 50 sampai 60 ribu tahun lalu mereka telah sampai di Australia lebih dahulu sebelum menyebar di wilayah Asia lainnya. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-5PIJVRjJ3nglL8tdD-kFUfRa0V2H2I_CY9I8mbaCpAvJo99IC47gUR10BS-zyJS_JYkUu6_hbd4KnDDBr1uPDsGBON4YSIPedf9bq4cl3e5PnjXU2VSkDXGDE14TSFFX6XYEdLMlQpG5/s1600/paparan+sunda.jpg
Paparan Sunda dan Sahul yang memungkinkan migrasi fauna & manusia
Pada Jaman Es, ketika permukaan air laut lebih rendah, Indocina , Indonesia bagian barat dan sebagian kecil Filipina menyatu membentuk Paparan Sunda yang dianggap sebagai cikal bakal negara-negara Asia saat ini. Australia dan Pulau Papua ( New Guinea ) juga bergabung membentuk Paparan Sahul yang dipisahkan dari Paparan Sunda oleh Selat Sahul. Namun demikian beberapa kelompok manusia berhasil menyeberanginya dan mencapai pulau-pulau di Oseania. 
 
Sementara itu beberapa kelompok manusia juga meninggalkan Afrika menuju Eropa melalui bagian utara Laut Merah, Asia Tengah dan Timur Jauh, tapi lebih banyak yang menuju timur ke arah Paparan Sunda karena tertarik dengan iklim yang lebih bersahabat dan alam yang subur. 
Teori Out of Africa bisa membantu kita membangun sebuah hipotesa baru bahwa asal-usul Orang Manggarai 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuSBbQ9MI4KrRY3AqTBVI3mEK2r1WA8fqHcmyBHsb-Blw3vqcJjO44698gl_CaLy1E_Gb-OwZmlf84KdGHHh-e7LC69r_AxVM7aUy95pTew3lvFSfBRb3NDFD5Cv4fo3ExJOKLuzyuYhMy/s1600/garis+walace.png
Garis Wallace & Weber,  pemisah sebaran fauna Indonesia
tidak bisa dipisahkan dari suku-suku lain di Flores. Mereka merupakan bagian dari manusia modern yang melakukan migrasi ke Oceania hingga Autralia seperti yang dikatakan Dr. Alice Robert di atas.
Hipotesa ini diperkuat oleh beberapa kemiripan fisik dan bahasa antar suku-suku di Flores seperti telah dikemukakan di atas, terkait adanya kesamaan suku kata antara Goa-Bugis, Manggarai dan Ngada.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNGmvQma7FjmtDs7FIHzkF2IT_9Cn5HGnE-XiWGD0TrbKdIcpoHQbWxlQReSTVpa5rQJrJFRC0f_I0dymHM_AP4_QNYh2vl6jXiRwrO2583RpEPAhIlE9GxRKWq3sgC1db5sVfWXlyQlge/s1600/molas+manggarai.jpg
Gadis-gadis Manggarai, unik karena merupaka perpaduan antara Proto Melayu - Deutero Melayu
Selanjutnya berbedaan-perbedaan lainnya muncul karena kenyataan historis lainnya. Tidak ada suku lain di Flores yang telah membangun interaksi yang intensif dengan orang-orang luar seperti orang Manggarai. Interaksi yang intensif antar orang-orang yang mendiami wilayah Manggarai dengan suku-suku yang datang kemudian yang akhirnya melahirkan versi-versi keaslian orang Manggarai seperti sudah diungkapkan sebelumnya.
Dalam konteks ini, Manggarai adalah suku yang paling unik di seluruh Indonesia. Bisa jadi Manggarai adalah semacam "garis Wallace" dan "garis weber"  dalam konteks penyebaran ras dan suku manusia di Indonesia. 

Dari berbagai sumber. 



- See more at: http://www.wisataflores.com/2015/03/orang-manggarai-bagian-pertama.html#sthash.MzPbN3G1.dpuf

No comments:

Post a Comment