Sunday, July 19, 2015

Arkeolog: Sriwijaya Menjajah Hingga Madagaskar

Arkeolog: Sriwijaya Menjajah Hingga Madagaskar

SABTU, 19 OKTOBER 2013 | 19:25 WIB
Arkeolog: Sriwijaya Menjajah Hingga Madagaskar
Seorang anak buah kapal (ABK) melintas di depan deretan kapal Phinisi yang bersandar di dermaga Pelabuhan Paotere, Makassar, Senin (18/4). Pelabuhan Paotere masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi, Lambo, kapal-kapal motor nelayan dan pedagang antar pulau juga menjadi pusat niaga nelayan, dengan adanya fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun pemerintah setempat. TEMPO/Subekti
TEMPO.COMagelang - Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, menyebut pelaut Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjelajah hingga mencapai Madagaskar di timur Benua Afrika sekitar abad ke-6 atau ke-7. “Ini terjadi saat kerajaan Sriwijaya berjaya di Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia,” kata Daud dalam seminar membahas Kemampuan Maritim Nusantara, Sabtu, 19 Oktober 2013. Ini merupakan rangkaian acara Borudur Writers and Cultural Festival di Hotel Manohara, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 17-20 Oktober 2013.

Menurut Daud, bahasa Malagis di Madagaskar menjadi bukti dampak kolonialisasi pelaut Austronesia. Ia mengatakan Austronesia merujuk pada peradaban maritim wilayah nusantara atau mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa Austronesia. Secara geografis ini berada di belahan bumi mulai dari Taiwan dan Hawai di bagian utara hingga Selandia Baru di selatan. Pada bagian barat Austronesia menjangkau hingga Madagaskar. Sedangkan, di bagian timur meliputi hingga Pulau Paskah di selatan Samudera Pasifik, masuk wilayah Chili.

Bahasa Malagis mirip dengan Bahasa di sekitar Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Bukti lain adalah hasil penelitian arkeolog Kamerun di Benua Afrika menemukan fitolit pisang atau unsur silika seperti kaca dalam tanaman. Fitolit itu ditemukan sekitar 2.500 tahun lalu. Selain pisang, padi juga mengandung fitolit.

Daud menyebut fitolit yang arkeolog temukan di Kamerun memiliki banyak kemiripan dengan tanaman yang tumbuh di nusantara. Ada juga persamaan bentuk alat musik, yakni kecapi dan seruling. Bukti itu, kata Daud menggambarkan peran pelaut Austronesia dalam penjelajahan Samudera Hindia sejak awal zaman logam atau akhir masa Neolitik. Pelaut Austronesia melakukan perjalanan jarak jauh karena perahu atau kapal mereka cukup tangguh mengarungi lautan.

Daud mengatakan kolonialisasi Sriwijaya terhadap Madagaskar terjadi karena banyak pendatang dari nusantara terutama yang kini sebagian besar wilayah Indonesia, membangun pos penguasaan wilayah. Mereka jumlahnya semakin berkembang dan membawa pengaruh peradaban terhadap Madagaskar. Kolonilasi Sriwijaya terhadap Madagaskar bukan dalam pengertian penjajahan seperti yang dilakukan Belanda ke Indonesia. Kolonialisasi yang Daud maksud lebih merujuk pada kuatnya pengaruh orang-orang Sriwijaya terhadap peradaban Madagaskar.

SHINTA MAHARANI

Sumber:
http://nasional.tempo.co/read/news/2013/10/19/079523012/arkeolog-sriwijaya-menjajah-hingga-madagaskar

No comments:

Post a Comment