Thursday, August 13, 2015

"Homo Sapiens" Pertama Diduga Berasal dari Daratan Sunda

Sabtu, 21 Maret 2009

"Homo Sapiens" Pertama Diduga Berasal dari Daratan Sunda


Jakarta, Kompas - Manusia berbudaya atau Homo sapiens pada masa sejarah diduga berasal dari daratan Sunda. Manusia purba inilah yang berkembang menjadi bangsa Austronesia yang menyebar ke lebih setengah belahan bumi ini, ke daratan Asia hingga Mesopotamia, dan Filipina hingga ke Pasifik. Sementara itu, ahli antropologi lain berpendapat asal mula bangsa Austronesia dari Taiwan kemudian menyebar ke selatan dan timur.

Hal ini disampaikan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Umar A Jenie dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (17/6), berkaitan dengan acara International Symposium on the Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesian Archipelago di Solo, 28 Juni-2 Juli mendatang. Simposium ini diselenggarakan LIPI untuk mendiskusikan asal usul, penyebaran, dan perkembangan penutur dan budaya Austronesia, serta proses pembentukan budaya dan suku bangsa di Indonesia.


Tenggelam

Ketua Umum Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Dr Harry Truman Simanjuntak menjelaskan, daratan Sunda yang dimaksud itu meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaka yang menyatu dengan daratan Asia. Luasnya dua kali dari India yang sekarang ini.

Namun, sebagian daratan itu kemudian tenggelam akibat melelehnya es di kutub, pada 8.000 tahun lalu. Ketika itu muka air laut naik hingga 150 meter. Akibatnya pusat peradaban bangsa Austronesia yang diperkirakan berada di sekitar Pulau Natuna sekarang dan Selat Sunda hingga Selat Malaka tenggelam.

Setelah daratan tenggelam mereka lalu menyebar. Ada yang ke Asia Selatan hingga ke wilayah Mesopotamia dan mengembangkan peradaban. Ada yang ke utara, ke Taiwan dan Jepang. Selebihnya ke timur hingga Pasifik. Namun pendapat ini masih diperdebatkan.

Karena itu, Harry yang juga peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional mengusulkan dilakukan penelitian di daratan yang tenggelam tersebut, yang memanjang di sekitar Selat Sunda ke Selat Malaka hingga Laut China Selatan. Dulu kawasan tersebut merupakan lembah dengan sungai dan sumber daya lingkungan yang kaya, sehingga orang masa lalu memilih daerah subur itu.

"Ini kemungkinan merupakan salah satu jawaban mengapa manusia purba sampai sekarang tidak ditemukan di dataran tinggi Sumatera, tetapi di Jawa. Mungkin mereka bermigrasi menyusuri sungai-sungai yang sekarang tenggelam itu, terus sampai ke Jawa, tidak mengikuti dataran tinggi yang ada di Sumatera dan Kalimantan," urai Harry.

Penelitian di perairan Indonesia sebelumnya telah membuktikan adanya garis Wallacea, yang memisahkan daratan Sunda, Sahul, dan daerah Wallacea. Penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui, Selat Lombok merupakan sungai pada masa sebelum zaman es. Sungai ini merupakan bagian dari koridor yang disebut Wallacea Line yang terbentang dari Selat Lombok hingga Selat Sulawesi dan perairan Filipina.

Di daerah Wallacea pada 8.000 tahun lalu sudah ada manusia purba. Mereka sampai ke sana dengan cara mengarungi laut. Karena itu, manusia kepulauan pertama di dunia adalah manusia Indonesia.


Pusat studi

Umar berharap, penelitian lebih lanjut tentang asal usul bangsa Austronesia dapat dilakukan dengan terbentuknya Pusat Studi Prasejarah Asia Tenggara (Center of Southeast Asia Prehistoric Studies), yang akan didirikan di Cibinong Science Center (CSC) LIPI di Cibinong. Ia mengharapkan penelitian dilakukan di sekitar Kepulauan Natuna untuk mencari jejak peradaban manusia purba Austronesia.

Austronesia sebagai rumpun bahasa yang paling luas sebarannya di dunia sebelum kolonial Barat, memiliki lebih dari 1.200 bahasa, tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di timur. Sekarang bahasa ini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang dengan fisik dan latar belakang budaya yang sangat beragam.

Persebaran Austronesia sering kali dianggap sebagai fenomena penting yang memberikan landasan "kebhinnekatunggalikaan" budaya dan bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan menjadi etnogenesis bangsa Indonesia. Penelitian ini juga akan menimbulkan rasa kebersamaan antarbangsa di Asia dan menggalang kerja sama lebih baik seperti bangsa-bangsa di kawasan Eropa. (YUN)

(Kompas, Senin, 20 Juni 2005)

No comments:

Post a Comment