Saturday, May 30, 2015

Arkeolog: Muratara Kaya Peninggalan Sejarah

Arkeolog: Muratara Kaya Peninggalan Sejarah


Dibuat : Rabu, 2 April 2014 
MURATARA – Merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini terletak pada koordinat 102o07’00’’ – 103o40’00’’ BT 2o20’00” – 3o38’00” LS. Letaknya berada di sisi barat laut Propinsi Sumatera Selatan, yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jambi di Utara dan Propinsi Bengkulu pada bagian barat, dengan Muara Rupit sebagai Ibu kota Kabupaten.
Temuan arkeologis yang terdapat di wilayah ini cukup beragam, mulai dari masa prasejarah hingga ke masa kolonial. Beberapa tahun lalu terdapat berita yang mengabarkan adanya temuan bata candi di Sungai Rupit Desa Beringin Jaya Kecamatan Rupit. Sebelum adanya berita tentang temuan bata candi, di kabupaten ini sudah diteliti oleh para ahli arkeologi dari Pusat Arkeologi Nasional dan balai Arkeologi Palembang.
Daerah yang pernah diteliti di kabupaten ini antara lain situs Beringin Jungut, Bukit Candi, Lesung Batu, Candi Tingkip. Situs-situs tersebut merupakan situs dari masa Hindu-Budha dengan temuan berupa struktur candi, arca, lingga yoni, serta artefak berupa pecahan gerabah serta keramik.
Berdasarkan berita dari masyarakat tentang temuan tumpukan bata yang terdapat di Sungai Rupit, pada pertengahan bulan November 2012, Balai Arkeologi Palembang meninjau adanya temuan tersebut. Desa ini terletak di sebelah utara Kota Lubuk Linggau dengan jarak sekitar 80 km. Desa Beringin Jaya merupakan desa yang terletak di tepian Sungai Rupit. Temuan bata yang diduga merupakan sisa-sisa bangunan candi terdapat di salah satu kelokan sungai Rupit. Pada saat pengamatan di lokasi, bata candi tidak terlihat karena keadaan air sungai sedang tinggi.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti mengapa terdapat bata di dalam sungai. Dugaan sementara, bata tersebut merupakan sisa dari bangunan candi, melihat dari ukuran bata yang jauh lebih besar dari bata yang ada sekarang.
Situs lain yang terdapat di wilayah ini adalah Candi Tingkip. Situs ini pernah diteliti tahun pertengahan 90an sampai awal tahun 2000. Pendataan ulang dilakukan dengan mendeskripsikan keadaan sekarang dari situs, lingkungan situs dan plotting keletakkan situs. Candi ini terletak di Desa Kikim Subur, Kecamatan Rawas Ulu. Situs berikutnya Candi Lesung Batu atau dikenal juga dengan sebutan Bukit Candi yang terletak di Desa Lesung Batu Muda, Kecamatan Rawas Ulu. Situs ini diteliti mulai tahun 1994 dan awal tahun 2000.
Survei arkeologi dilanjutkan di Kecamatan Ulu Rawas yang terletak di bagian barat Kabupaten Ulu Rawas yang sudah berbatasan dengan Propinsi Jambi di bagian utara. Sebelum masuk di Kecamatan Ulu Rawas, terdapat Desa Lubuk Mas. Di desa ini terdapat sebuah meriam kuno dengan ukuran panjang 161,5 cm dan diameter 13,5 cm. Meriam ini terbuat dari perunggu dengan hiasan naga dari pangkal sampai ujung meriam. Saat ini meriam disimpan dan dirawat oleh Bapak Hata (62 thn). Menurut masyarakat, meriam ini bernama “Setundung Musuh” yang artinya mengusir musuh. Bapak Hata menyebutkan bahwa meriam ini merupakan peninggalan dari tokoh pahlawan yang bernama Depati Kurus. Selain meriam juga terdapat dayung yang ditemukan bersamaan dengan meriam. Dayung terbuat dari kayu dengan ukuran panjang gagang 128 cm, panjang bilah 36 cm lebar bilah 15 cm. survei dilanjutkan ke Kecamatan Ulu Rawas dengan tujuan Desa Napal Licin. Di desa ini terdapat gua yang oleh masyarakat dinamakan Gua Batu.
Gua ini berada di tebing tepi jalan dengan ketinggian sekitar 30 meter dari jalan. Mulut gua menghadap ke Sungai Rawas (arah barat). Lantai gua cukup landai dan pada bagian mulut gua keadaan lantai gua cukup kering. Survei permukaan di dalam gua berhasil menemukan artefak batu berupa serpih dari rijang, andesit dan obsidian. Keadaan lantai gua saat ini ada yang digali oleh masyarakat dengan tujuan mengambil tanah dari gua yang mengandung guano yang dimanfaatkan sebagai pupuk. Masih di desa ini, terdapat temuan batu silindrik yang berukuran panjang 278 cm, diameter pangkal 108 cm dan lebar ujung 75 cm. Batu ini membujur dengan orientasi timur laut. Kemudian ada juga batu yang oleh masyarakat disebut dengan “batu megas” atau “ibat nasi” yang terdapat di area penguburan masyarakat Desa Napal Licin. Batu Megas ini juga terdapat di desa yang paling ujung Kecamatan Ulu Rawas, yaitu Desa Kuto Tanjung.

Sumber:
http://www.muratarakab.go.id/berita-21_arkeolog-muratara-kaya-peninggalan-sejarah.html


No comments:

Post a Comment