ENIGMA KEBANGKITAN PERADABAN MANUSIA
ENIGMA KEBANGKITAN PERADABAN MANUSIA
Secara faktual, apa yang diinformasikan oleh kitab suci samwi mutlak atau semustinya selalu sesuai dengan konformasi sains dan teknologi atau data dan fakta alami. Dengan menetapkan ini sebagai referensi, tak akan ada kontradiksi antara informasi kitab suci samawi dengan konformasi sains dan teknologi.
Dengan asumsi bahwa interpretasi dari informasi kitab suci samawi adalah benar, ternyata hingga kini kita masih menemui beberapa ketakcocokan bilangan tahun, antara tarikh nubuwah dan risalah dengan data dan fakta alami tentang kejadian peristiwa. Apakah telah terjadi misinterpretasi ataukah terjadi kesalahan pengukuran masih perlu dikonfrontasikan. Berdasarkan pada logika, keduanya tak mungkin salah. Jadi berarti kesalahan terletak pada interpretasi manusia yang melakukan interkoneksi keduanya.
Mengacu ke GTS (geological time scale, skala waktu geologik) [revisi 2013], kalkulasi historik tahun nubuwah dan risalah berdasarkan pada informasi kitab suci samawi menghasilkan angka bahwa kebangkitan peradaban manusia baru terjadi sekitar 10.000 tahun lalu dalam epoh Holosin [mulai 11.7000 lampau hingga kini], atau jika diperluas, hanya berkisar antara 15.000 s/d 12.500 tahun lalu.
Sedangkan kalkulasi fisik penanggalan radioaktiv peluruhan atomik (radioactive atomic decay dating: radiocarbon dating) berulangkali terhadap galian palaetologik dan arkeologik fosil tertua manusia, diperoleh angka berkisar antara ±150.000―125.000 tahun [rangkum untuk mengakomodasi kesalahan berbagai metoda pengukuran], yang berarti bahwa kebangkitan peradaban manusia telah terjadi sekitar 150.000 tahun lalu, atau setidaknya 100.000 tahun lalu, dalam epoh Pleistosin [2,488.000 s/d 11.700 tahun lampau].
Apakah fosil tersebut adalah fosil manusia modern, spesies homo sapiens sapiens, yang sama dengan kita, telah diuji melalui tes DNA (deoxyribo nucleic acid), dan menunjukkan bahwa DNA fosil tersebut cocok dengam DNA kita. Dengan demikian, secara ilmiah ada gap atau kesejenjangan lebih 100.000 tahun antara manusia pertama, Ádam, dan kebangkitan kerajaan manusia sekitar 10.000 tahun lalu.
Persoalan keberadaan gap lebih 100.000 tahun ini terpecahkan secara sederhana bila kita dapat membuktikan bahwa ada ratusan generasi manusia antara Ádam (±150.000―125.000 SM, ±930 tahun) dan Ibráhím (Abraham) (±2000―1800 SM, ±195 tahun), karena usia rerata manusia tak lebih seabad atau 1.000 tahun.
Tercatat dalam kitab suci samawi dan kitab otentik riwayat leluhur, mencakup tafsir dan hadits, bahwa usia Ádam ±930 tahun, Qinan (Kenan) ±910 tahun [generasi ke3], Nűh (Noah) ±950 tahun [generasi ke9], Abir(Eber) ±464 tahun [generasi ke13], Shälih (Shalic) ±180 tahun [generasi ke19], dan Ibráhím (Abraham) ±195 tahun [generasi ke19]. Sehingga antara Ádam dan Ibráhím hanya ada 20 generasi manusia [data kitab suci samawi] dalam rangkum waktu sekitar 140.000 tahun [data sains dan teknologi].
Mengacu ke angka―angka diatas, semustinya, jika usia rerata manusia masa lalu adalah sekitar 700 tahun, maka sedikitnya harus ada 200 generasi manusia antara Ádam dan Ibráhím. Atau sebaliknya, jika hanya ada sekitar 20 generasi manusia antara Ádam dan Ibráhím, maka usia rerata manusia adakah 7.000 tahun, dan ini tak sesuai dengan informasi kitab suci samawi dan kepatutan usia manusia kita ketahui.
Asumsi dan spekulasi bahwa memang pernah ada ratusan generasi manusia antara Ádam dan Ibráhím, yang bukan tak mungkin telah mencapai peradaban sangat maju, sains dan teknologi tinggi, dalam kurun waktu lebih 100.000 tahun [dibandingkan dengan kita dalam waktu tak sampai 10.000 tahun], tapi kemudian musnah, mengandung kontradiksi dengan data shishilah para nabi dan rasul dalam, kitab suci samawi yang hanya mencapai 10.000 tahun, meski Allah melalui kitab suci samawi membenarkan bahwa banyak generasi manusia sebelum kita telah dimusnahkan.
. . .
Kompleksitas yang terjadi adalah bahwa kita berpegang kepada keyakinan bahwa informasi Allah dalam kitab suci samawi adalah benar, dan translasi dan transkripsi atau tarjamah kitab suci telah teruji benar, dan kita juga berpegang kepada keyakinan bahwa konklusi sains dan teknogi menyangkut kalkukasi penanggalan radioaktiv peluruhan atomik (radiocarbon dating) dan tes DNA (deoxyribo nucleic acid) terhadap fosil tertua manusia homo sapiens adalah benar. Dan kita berpegang pada keyakinan bahwa tak boleh ada pertentangan atau kontradiksi antara informasi kitab suci samawi dengan informasi alami sains dan teknologi.
Dimanakah letak kesalahan atau kekeliruan kita? Apakah Ádam adalah manusia pertama telah dinyatakan secara sangat jelas dan tegas dalam semua kitab suci samawi. Jika kita menerima asumsi dan spekulasi bahwa memang pernah ada ratusan generasi dalam kurun waktu lebih 100.000 tahun antara Ádam dan Ibráhím, maka berarti kita menganggap bahwa shishilah nubuwah dan risalah berdasarkan pada informasi kitab suci samawi mengandung kekeliruan atau ada "matarantai hilang" (missing link) dalam shishilah keturunan manusia tersebut, yang barangkali hilang atau terputus pasca banjir besar di zaman Nűh. Sebaliknya, jika kita menganggap bahwa shilshilah tersebut benar, maka kita menolak kebenaran data dan fakta sains dan teknologi terkini.
Dengan mengacu ke GTS (geological time scale, skala waktu geologik) [revisi 2013], jika banjir besar di masa Nűh diperkirakan bertepatan dengan awal zaman glasial terakhir [18.000―12.500 SM] dalam epoh Pleistosin [2,488.000 s/d 11.700 tahun lampau] yang sedikitnya terdiri dari 4 zaman glasial, atau 8 siklus zaman glasial dan zaman interglasial, dimana Nuh berusia 600 tahun, dimana dalam zaman interglasial dan glasial tersebut, permukaan laut global turun rerata 120 m hingga 18.000 SM, dan pasca glasial kembali naik hingga 8.000 SM mencapai permukaan laut kini, maka kita tetap akan dihadapkan pada kesenjangan waktu antara Ádam dan Nűh yang hanya ada 10 generasi dalam kurun waktu 100.000 tahun, dimana tiap generasi berusia sekitar 10.000 tahun.
Bagaimana kita memecahkan paradoks dan enigma ini?
. . .
SARAN KOMENTAR
Ahli matematika dan fisika Inggris, Sir William Thomson ― Lord Kelvin
(1824―1907), pernah menyatakan apa yang menjadi landasan asumsi dan teori dalam
matematika dan fisika:
"Our knowledge is satisfactory only . . . when we can express it in terms of numbers."
"Pengetahuan kita memuaskan hanya . . . bilamana kita dapat memerikannya dalam batasan―batasan angka―angka."
Kelvin menulis:
"When you can not measure what are you speaking about, when you can not express it in terms of numbers, your knowledge is of a meager, imperceptible, and unsatisfactory kind. It may be the begining of knowledge, but you have barely, scarcely, and hardly in your thoughts, advanced to the stage of measurable and expressible information, whatever the matter may be."
"Bilamana anda tak dapat mengukur tentang apa yang sedang anda katakan, bilamana anda tak dapat memerikannya dalam batasan―batasan angka―angka, pengetahuan anda adalah semacam kekurangan, tak―bisa―dirasakan, dan tak―memuaskan. Itu mungkin awal pengetahuan, tapi anda mempunyai kekosongan, kehampaan, dan kekakuan dalam pikiran―pikiran anda, untuk berlanjut ke tingkat informasi yang bisa―diperikan dan bisa―diukur, apapun saja kemungkinan perihalnya."
. ..
Komentar dan argumentasi harap dalam orientasi sains dengan memperhatikan kompleksitas diatas, dan atau mengacu ke referensi dapat diterima dan dipertanggungjawabkan kebenaran atau keabsahannya. Terimakasih.
. . .
__________________________________________________
HAKI (Hak Atas Kepemilikan Intelektual) karya tulis intelektual inidilindungi oleh Undang–Undang Negara Republik Indonesia, dan juga oleh konvensi dan provisi internasional atas karya intelektual di tiap negara di seluruh dunia.
Tak sebagian pun dari tulisan, dokumen atau pagina jala ini boleh disalin, digandakan dan atau diperbanyak: diduplikasi, direplika, direproduksi, ditransmisi, ditranskripsi, ditranslasi kedalam bentuk bahasa apapun atau disimpan dalam satu sistem retrieval apapun; dalam bentuk apapun atau dalam cara apapun, mencakup tapi tak terbatas pada cara optik, elektromagnetik, elektronik, elektromekanik, atau lainnya; untuk maksud dan tujuan komersial; tanpa pemberitahuan dan perkenanan tertulis terlebih dulu dr pemilik hak atas karya intelektual ini.
Untuk non–komersial, penggunaan sebagai rujukan atau referensi, secara keseluruhan atau sebagian, harap cantumkan sumber informasi ini sebagai acuan.
__________________________________________________
ARTIKEL LAIN PENULIS
FINE ART ™
FIRWANY INTERNETWORK ENTERPRISE — ARTICLES ON REFORM AND TRANSFORM
adalah marka–niaga, identitas produk dan properti Achmad Firwany
physicist, psychist, computer scientist and engineer
cybernertic and telematic technology professional consultant
scientific and technical writer, professional speaker, and enterpreneur
FACEBOOK PAGES
FACEBOOK PROFILES
BLOG
SITE
Sumber:
https://www.facebook.com/notes/achmad-firwany/enigma-kebangkitan-peradaban-manusia/199282280224045
No comments:
Post a Comment