Sulitnya Membongkar Misteri Rumah yang Tertimbun Tambora
Jumat, 08/05/2015 16:01 WIB
Setelah lapisan tanah dikupas, terlihat enam umpak bekas berdirinya tiang rumah orang Tambora beserta sisa-sisa bangunan yang terbakar. (Dok. Sonny Wibisono/Puslitbang Arkenas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Letusan Gunung Api Tambora pada dua abad silam telah menewaskan puluhan ribu orang. Termasuk warga yang berdiam di kaki gunung yang terdapat di Nusa Tenggara Barat itu.
Satu tim arkeologi berhasil merekonstruksi ulang rumah milik warga yang terkubur material letusan Tambora yang superdahsyat tersebut. Tapi kesulitan pertama, “Data-data awal masih terfragmentasi,” tutur Sonny Wibisono, arkeolog yang terlibat di tim itu, kepada CNN Indonesia, Jumat (8/5).
Untungnya tim itu akhirnya bisa menggali satu rumah yang relatif lebih lengkap. Mulai dari unsur tiang sampai lubang-lubang pasak pun ditemukan.
Dari data teranyar ini tim kemudian merekonstruksi ulang, dan disandingkan dengan data-data terdahulu. Tak cuma data, tim juga melakukan analogi dengan rumah-rumah tradisional yang masih ada di sekitar Tambora, contohnya di daerah Wawu.
Tapi muncul kesulitan kedua, material kayu untuk membangun rumah ternyata sudah sulit dicari.
Dua jenis kayu yang kemungkinan besar dipakai masyarakat Tambora praletusan adalah kayu bintango dan duabanga atau dikenal juga dengan nama kayu kelanggo.
Tapi kayu itu nyaris tak bisa lagi ditemukan lantaran terjadinya pembalakan tak terkendali di lereng Tambora sejak 1990-an. “Akhirnya kami menemukan kayu-kayu yang istilahnya mati berdiri,” kata Sonny.
Bahan dinding rumah yang ditemukan dalam penggalian adalah anyaman bambu atau gedheg. Masalahnya tak ada lagi bambu di sekitar Tambora. Akhirnya tim membeligedheg dari tempat lain.
Begitu pun bagian atap. Tak ada contoh modelnya di dekat situs penggalian. Akhirnya tim melakukan perbandingan ke Pulau Moyo, tak jauh dari daratan Pulau Sumbawa Besar, tempat Tambora berdiri.
Dari data terdapat beberapa jenis material atap yang dipakai masyarakat Tambora pada masa lalu. Di antaranya adalah atap ijuk, atap alang-alang, anyaman rotan, daun nipah, atau daun kelapa.
Untuk kemiringan atap, mereka melakukan sejumlah percobaan dan diskusi juga dengan masyarakat dan ilmuwan. Dari sana mereka menyimpulkan sudut kemiringan atap adalah 45 derajat.
“Karena pada kemiringan itu air hujan sudah bisa mengalir dengan lancar dan tidak sampai bikin atap bocor,” kata Sonny lagi.
Menariknya, saat melakukan penggalian tim juga menemukan jejak jatuhan air di tanah. Dari jejak itu kemudian bisa diproyeksikan sampai batas mana atap berada dalam konstruksi rumah.
Baca juga FOKUS Mengingat Dahsyatnya Tambora (ded/ded)
Dua jenis kayu yang kemungkinan besar dipakai masyarakat Tambora praletusan adalah kayu bintango dan duabanga atau dikenal juga dengan nama kayu kelanggo.
Tapi kayu itu nyaris tak bisa lagi ditemukan lantaran terjadinya pembalakan tak terkendali di lereng Tambora sejak 1990-an. “Akhirnya kami menemukan kayu-kayu yang istilahnya mati berdiri,” kata Sonny.
Bahan dinding rumah yang ditemukan dalam penggalian adalah anyaman bambu atau gedheg. Masalahnya tak ada lagi bambu di sekitar Tambora. Akhirnya tim membeligedheg dari tempat lain.
Begitu pun bagian atap. Tak ada contoh modelnya di dekat situs penggalian. Akhirnya tim melakukan perbandingan ke Pulau Moyo, tak jauh dari daratan Pulau Sumbawa Besar, tempat Tambora berdiri.
Setelah melalui penelitian panjang, akhirnya contoh rumah masyarakat Tambora bisa direkonstruksi juga. (Dok. Sonny Wibisono/Puslitbang Arkenas)
|
Dari data terdapat beberapa jenis material atap yang dipakai masyarakat Tambora pada masa lalu. Di antaranya adalah atap ijuk, atap alang-alang, anyaman rotan, daun nipah, atau daun kelapa.
Untuk kemiringan atap, mereka melakukan sejumlah percobaan dan diskusi juga dengan masyarakat dan ilmuwan. Dari sana mereka menyimpulkan sudut kemiringan atap adalah 45 derajat.
“Karena pada kemiringan itu air hujan sudah bisa mengalir dengan lancar dan tidak sampai bikin atap bocor,” kata Sonny lagi.
Menariknya, saat melakukan penggalian tim juga menemukan jejak jatuhan air di tanah. Dari jejak itu kemudian bisa diproyeksikan sampai batas mana atap berada dalam konstruksi rumah.
Baca juga FOKUS Mengingat Dahsyatnya Tambora (ded/ded)
Sumber:
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150508132131-199-52062/sulitnya-membongkar-misteri-rumah-yang-tertimbun-tambora/
No comments:
Post a Comment